Berikut, contoh ujaran kesantunan berbahasa dalam situasi formal. Pertama, permintaan dengan kata-kata sopan: "Permisi, apakah Anda bisa memberikan saya informasi lebih lanjut?" Kedua, penggunaan bahasa yang netral dan tidak merendahkan: "Mohon maaf, saya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat Anda." Ketiga, menggunakan kata-kata penutup yang sopan: "Terima kasih atas waktunya. Sampai jumpa lagi."
Dinamika Komunikasi yang Akrab dan Santai
Keakraban mengacu pada tingkat kedekatan dan keintiman antara individu dalam sebuah hubungan. Hal ini melibatkan berbagai aspek, termasuk tingkat pengetahuan yang dimiliki, pengalaman bersama, dan tingkat keterbukaan emosional antara individu. Dalam hubungan yang akrab, individu cenderung lebih bebas berkomunikasi, berbagi perasaan, dan menunjukkan perilaku yang dianggap kurang sopan dalam konteks yang formal.
Dalam An Introduction to Sociolinguistics, Holmes (1995) menyatakan, keakraban memainkan peranan penting dalam mengurangi kebutuhan akan tindakan kesantunan formal. Dalam hubungan yang sangat akrab, orang cenderung lebih terbuka dan kurang menekankan formalitas.
Keakraban dalam berbahasa mengacu pada tingkat kedekatan dan keintiman antara individu, yang memungkinkan mereka lebih santai dalam berkomunikasi dan kurang menekankan norma-norma kesantunan formal. Dalam situasi yang akrab, individu cenderung menggunakan bahasa yang lebih santai, dan memasukkan lelucon atau istilah yang khas bagi mereka, dan lebih terbuka dalam berbagi perasaan atau informasi pribadi.
Berikut, contoh ujaran dalam komunikasi yang akrab dan santai. Pertama, memulai percakapan dengan bahasa yang santai: "Hai, apa kabar? Gimana hari ini?" Kedua, menggunakan bahasa yang lebih informal atau slang: "Nah, bro, kemarin kita bener-bener seru deh!" Ketiga, berbagi informasi pribadi dengan lebih terbuka: "Jadi kemarin aku sama da ngobrol lama banget, ternyata da juga punya masalah yang sama seperti aku."
Korelasi antara Kesantunan dan Keakraban dalam Interaksi Sosial
Dalam hubungan yang akrab, individu cenderung lebih terbuka terhadap norma kesantunan yang berbeda dari situasi formal. Di sisi lain, dalam konteks yang kurang akrab, misalnya antara bawahan dan atasan, individu lebih cenderung menekankan aturan-aturan kesantunan untuk menjaga jarak dan menghindari konflik.
Menurut Goffman (1995) dalam The Presentation of Self in Everyday Life, kesantunan dan keakraban saling melengkapi dalam membentuk dinamika hubungan sosial. Kedua konsep tersebut berkolaborasi menciptakan lingkungan interaksi yang harmonis dan memperkuat ikatan antarindividu.
Menurut Brown dan Levinson (1987), dalam situasi formal kesantunan adalah kunci untuk menjaga ketertiban sosial dan memperkuat hubungan antarindividu. Dalam situasi yang lebih akrab, keakraban menjadi faktor utama yang mengatur cara individu berkomunikasi.
Korelasi antara kesantunan dan keakraban dalam komunikasi sosial sering ditemukan dalam percakapan antara dua individu yang berada dalam situasi yang berbeda.