Mohon tunggu...
Agustinus Marjito
Agustinus Marjito Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang pendidik sekolah dasar dan memiliki kecintaan pada dunia pendidikan anak-anak.

Praktisi pendidikan Dasar di Yogyakarta. Menempuh pendidikan di De Lasalle University Manila, Philipine dengan fokus Management Pendidikan dan kepemimpinan sekolah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter di Tengah Isu Kecurangan Pemilu 2024?

16 Februari 2024   22:03 Diperbarui: 16 Februari 2024   22:18 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhelatan rangkaian Pemilu Presiden, anggota legislatif  telah selesai kita laksanakan dengan pencoblosan tanggal 14 Februari 2024. Lepas dari semua hasil sementara yang sudah kita lihat dalam Quick Count, kita semua bersyukur bahwa acara lima tahunan ini dapat berjalan dengan aman dan tenteram. Kita bersyukur bahwa partisipasi masyarakat besar dan antusias pada pemilu kali ini.

Namun demikian, ditengah syukur tersebut saya merasakan keprihatinan sebagai seorang pendidik di tingkat awal yang dipercaya masyarakat untuk memberikan dasar pendidikan karakter pada diri anak-anak yang murni itu. Keprihatinan saya bukan karena jago yang saya pilih kalah dalam kontestasi politik pemilihan presiden dan wakil presiden. Keprihatinan saya adalah karena saya merasa bahwa krisis keteladanan pada sebagian besar elit pemimpin di negeri ini yang oleh banyak orang dikatakan melanggar etika dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Pelanggaran-pelanggaran etika dilakukan mulai dari MK, dan cara-cara memenangkan suara dalam pemilu ini. Saya seorang yang awam politik dan tidak pernah belajar politik, namun menyaksikan berbagai tindakan yang terjadi mulai dari pimpinan sampai bawah yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, saya lalu merasa bahwa kurang adanya keteladanan dari para "pemimpin" kita.

Dalam situasi seperti ini, para generasi muda juga melihat dan mereka belajar untuk membentuk dirinya dan belajar membuat keyakinan-keyakinan dalam dirinya, tentang bagaimana mereka hidup di dalam masyarakat seperti ini.  Mereka tidak mendapatkan model yang baik dalam membentuk prinsip dan karakter dirinya. Melihat kejadian-kejadian yang ada selama masa kampanye dan masa pemilu 2024, mungkin mereka akan mengatakan, apapun dapat diperoleh dengan cara apapun, tak peduli itu telah melukai orang lain, dan melanggar etika kehidupan bersama. 

Bersyukur bahwa masih banyak tokoh yang menyuarakan seruan-seruan moral dan mengingatkan para pimpinan negeri ini dan mengingatkan kita semuanya bahwa ada banyak ketidakberesan dalam melaksanakan hajatan kita dalam proses pemilu pimpinan negeri ini. Mereka mengingatkan kita semua kembali pada pegangan etika kehidupan bersama sebagai bangsa Indonesia.

Kembali kepada tugas saya sebagai pendidik di sekolah dasar, tentu semua yang saya sebutkan di atas menjadi tantangan besar. Membangun karakter anak-anak melalui sekolah, rasanya semakin kompleks dan berat karena tak ada lingkungan teladan yang baik di dalam kehidupan bersama sebagai masyarakat. Semoga ini hanya menjadi kerisauan saya saja.

Kita berdoa untuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun