Mohon tunggu...
Agustinus Marjito
Agustinus Marjito Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang pendidik sekolah dasar dan memiliki kecintaan pada dunia pendidikan anak-anak.

Praktisi pendidikan Dasar di Yogyakarta. Menempuh pendidikan di De Lasalle University Manila, Philipine dengan fokus Management Pendidikan dan kepemimpinan sekolah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelas Tatap Muka, Memulihkan Pendidikan Anak-Anak Kita

29 Maret 2022   15:40 Diperbarui: 29 Maret 2022   16:22 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu terakhir ini, para guru dan orang tua siswa di sibukkan dengan upaya-upaya untuk kembali menyelenggarakan pembelajaran tatap muka di kelas. Ada secercah harapan bagi sebagian besar keluarga-keluarga yang memiliki anak-anak usia sekolah Dasar untuk  kembali membawa anak-anak mereka ke sekolah, guna melaksanakan pembelajaran tatap muka. Seperti diketahui, pembelajaran tatap muka telah lama berhenti karena wabah virus corona yang menghentikan  sebagian besar kegiatan manusia. Mereka sangat mengharapkan adanya pembelajaran tatap muka dengan berbagai alasan dari kesibukan kerja orang tua dan tidak bisa mendampingi anak-anak belajar, sampai pada alasan kewalahan mengasuh anak-anak di rumah. 

Sebagian besar masyarakat masih menghendaki adanya pembelajaran tatap muka di dalam kelas. Dengan belajar langsung anak-anak dapat berkembang lebih cepat dibandingkan pembelajaran online yang minim pembimbingan. Sebagian masyarakat yang lain tetap berpendapat pembelajaran online masih tetap relevan dengan keadaan yang belum 100% aman bagi anak-anak. Bagi mereka ini pilihan untuk tetap pembelajaran online adalah pilihan yang paling tepat. 

Tulisan ini akan menceritakan pengalaman penulis bersama dengan para guru yang langsung menghadapi anak-anak pada pembelajaran tatap muka terbatas yang sudah berlangsung beberapa saat ini. Kegembiraan dan kecemasan bapak dan ibu guru dalam menjalankan tugas nya sebagai pendidik menjadi fokus permenungan dalam tulisan ini.

Suatu hari seorang guru datang ke kantor dan bercerita pengalaman mengajar pada hari bersangkutan. I pertama-tama mengungkapkan kegembiraannya dapat bertemu dengan anak-anak di dalam kelas. Namun beberapa saat kemudia ia  menceritakan bahwa anak-anak menjadi diam dan sulit berkomunikasi. Belum lagi melihat bentuk tulisan anak-anak yang beraneka ragam dan belum terpola dengan baik. Di kelas kecil, dijumpai dengan nyata masih beberapa anak yang belum bisa menulis dan membaca. Beberapa guru yang selama pembelajaran online menerima tugas-tugas dari anak dengan tulisan-tulisan bagus, mulai mencocokkan tulisan anak-anak tersebut; dan ditemukan beberapa anak memang dituliskan oleh orang dewasa di sekitarnya dalam mengerjakan tugasnya. Inilah sekelumit cerita pengalaman guru dalam mengajar secara daring di ruang maya. Keadaan dan keterlibatan siswa di dalam pembelajaran onlie semakin menurun; kedisiplinan anak dalam melajar dan dalam memelihara semangat belajar juga banyak yang menurun. 

Cerita tersebut menggambarkan  adanya sisi kekurangan dalam pembelajaran online yang telah kita laksanakan selama pandemi ini. Kemunduran belajar dialami oleh anak-anak yang dalam keluarga mungkin kurang mendapatkan bimbingan belajar dari orang dewasa di sekitarnya. Kemunduran belajar ini mengakibatkan pencapaian kompetensi yang diharapkan  belum dapat tercapai dengan baik; bahkan ketrampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Karakter-karakter dasar untuk belajar seperti kemandirian dan ketrampilan untuk menyelesaikan masalah belum tercipta pada sebagian anak; karena pendampingan dari orang di sekelilingnya yang cenderung melemahkan; seperti pekerjaan anak diselesaikan oleh orang dewasa di sekitarnya dan anak tidak dilibatkan. Hal ini terlihat jelas ketika tatap muka dan guru mengecek kemampuan anak-anak tersebut tidak bisa menunjukkan kompetensi yang diharapkan. 

Menghadapi tantangan tersebut, para guru melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan kembali semangat anak-anak dalam pembelajaran tatap muka terbatas dengan menciptakan pembelajaran yang menarik, dan melibatkan anak-anak dalam pembelajaran. Perhatian  secara individual bagi anak-anak yang tertinggal dalam pembelajaran terus diupayakan agar anak-anak tersebut dapat berkembang dengan maskimal. 

Pembelajaran tatap muka tetap menjadi jalan yang tepat saat ini untuk mengembalikan pendidikan anak-anak terutama di sekolah dasar. Anak-anak kecil masih memerlukan model dari gurunya bagaimana menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Manakala mereka tidak mendapatkan contoh di rumah tentang hal ini, di sekolah mereka dapat melihat bagaimana gurunya memecahkan persoalan tersebut. Ruang konvensional masih diperlukan di era digital sekarang ini.

Namun demikian pembelajaran online juga mesti dipikirkan dan di design sebaik mungkin agar dapat melengkapi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Model pembelajaran terbalik dapat memanfaatkan teknologi supaya anak-anak dapat memiliki akses lebih luas untuk mendapatkan informasi yang akan dibawa ke dalam kelas. Cara ini sering di sebut dengan Flipped Classroom. Apa yang harus dijelaskan di dalam kelas dapat di sampaikan ke rumah melalui teknologi sebelum pembelajaran dalam bentuk video, ppt, sway atau sarana yang lain.

Semoga pembelajaran tatap muka yang masih terbatas ini sungguh dapat mengembalikan sesuatu yang kurang dan hilang dalam pembelajaran online selama masa pandemi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun