Interaksi mereka di dalam dunia maya telah mengubah perliku dan sikap serta karakter anak-anak kita menjadi seperti itu. Lalu bagaimana kita dapat tetap terus memberikan pembentukan karakter kepada generasi muda kita?
Dr. Gregorius Bambang Nugroho, FIC menyarankan beberapa hal yang diperlukan untuk melakukan pembentukan karakter di era digital sekarang ini. Beliau mengatakan bahwa teknologi saja tidak dapat memenuhi kebutuhan pembentukan karakter anak-anak muda di era digital ini.Â
Memang teknologi memiliki peran penting dalam pendidikan generasi muda di era digital. Namun demikian perjumpaan fisik secara langsung masih sangat diperlukan untuk semakin berkembang sebagai pribadi manusia. Komunikasi dan interaksi langsung antara anak dan orangtua; antara anak dan guru di era digital ini semakin menjadi penting.Â
Melalui perjumpaan fisik langsung dengan anak-anak, orangtua dan guru dapat berperan dengan menjadi contoh teladan bagi anak-anak. Seperti sesanti Ki Hajar Dewantara: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, orangtua dan guru dapat memberikan contoh, memotivasi dan mendampingi terus menerus proses pembentukan karakter anak-anak.Â
Melalui perjumpaan fisik ini budaya kita sebagai manusia yang bersifat sosial dikembalikan dan dikembangkan di era digital sekarang ini.
Selain itu, Pastor Christoporus Aria Prabantara, SJ, seorang pakar IT untuk pendidikan mengatakan bahwa generasi digital tak bisa dipisahkan dengan dunia digital, dan peralatan digital. Namun gadget dan dunia maya ini tidak boleh melemahkan karakter peserta didik yang pro sosial.Â
Salah satu sarana untuk tetap melatih karakter mereka adalah dengan permainan tradisional yang memberikan kesempatan anak-anak untuk melakukan olah pikir, olah rasa dan olah raga. Permainan tradisional menjadi sarana untuk menumbuhkan karakter yang semakin manusiawi.Â
Saran-saran untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter anak-anak.
Agar pendidikan karakter di era digital ini dapat berhasil dengan baik ada beberapa saran yang dapat dilakukan oleh orangtua dan guru. Pertama, disarankan kepada orang tua untuk membatasi penggunaan gadget.Â
Kedua, orangtua dan guru harus memberikan tuntunan dan teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, jangan menggunakan gadget sebagai alat penenang emosi anak dan menciptakan ruang bebas gadget di rumah.Â