Anak-anak menjadi pusat perhatian
Dalam situasi yang demikian menantang, kita harus menempatkan anak-anak atau generasi muda sebagai pusat perhatian kita. Anak-anak adalah anugerah dari Tuhan yang dititipkan kepada kita orang-orang dewasa oleh karena itu mereka harus menjadi pusat pendidikan kita.Â
Kebutuhan-kebutuhan anak-anak untuk memiliki karakter kuat di era digital harus kita upayakan sebaik mungkin. Mereka harus disiapkan untuk dunia yang akan mereka masuki nanti.
Anak-anak harus diterima sebagai pribadi yang berharga. Mereka perlu diapresiasiasi dalam keadaan dan kemampuan mereka masing-masing. Maka pengenalan kepada peserta didik adalah hal yang penting sekali dilakukan oleh para guru dan juga orangtua.Â
Guru dan orangtua mesti membuka diri terhadap realitas peserta didik yang telah berubah saat era digital ini. Keunikan peserta didik harus dilayani sehingga tidak lagi cocok satu pelayanan untuk semua. Kurikulum harus menyediakan differensiasi untuk melayani keberbedaan anak-anak.
Ciri-ciri generasi digital
Mereka dilahirkan di era digital, sehingga banyak waktu mereka habiskan di dunia maya. Mereka memiliki kemampuan untuk bekerja dengan berbagai macam tools untuk menyelesaikan tugas-tugas secara simultan dengan kata lain mereka multitasking dalam kehidupan sehari-hari.Â
Kebutuhan untuk diakui eksistensinya menjadi hal yang penting dalam kehidupan mereka; ditandai dengan adanya ambisi yang besar dalam kehidupannya.
Kepribadian generasi digital terdapat dua hal yang berbeda secara dunia nyata dan dunia maya. Dalam keseharian dunia nyata mereka biasa menjadi pribadi pemalu, rendah diri, merasa terisolasi dan cenderung menjadi pemurung.
Sedangkan kalau di dunia maya, mereka sangat populer dengan media sosialnya dan menjadi trend setter. Mereka dapat sangat aktif di maya dengan menjadi blogger; youtuber; dan menjadi gamer.Â
Generasi muda digital ingin tampil beda, tidak mau terlihat standar atau menjadi peniru, selalu ingin up to date. Mereka cenderung menjadi pribadi yang terbuka; tidak mau bertele-tele dan ingin lugas dalam berbicara; secara terbuka mengatakan suka atau tidak suka. Ini kadang dibaca orangtua sebagai anak yang berani pada orangtua, bandel dan lain-lain.