Belum lagi ketertinggalan akibat Covid-19 ini dalam diri anak-anak, membuat semua pihak antusias untuk memulai pembelajaran jarak dekat.Â
Namun demikian antusiasme masyarakat untuk memulai pembelajaran tatap muka 100 persen di semester 2 tahun pelajaran 2021-2022 ini juga menyisakan rasa khawatir kalau-kalau terjadi kluster penularan Covid-19.Â
Kekawatiran ini sangat masuk akal mengingat bahwa ancaman virus corona dengan varian omicron terus meningkat di beberapa tempat di Indonesia.Â
Data dari JHU CSSE Covid-19, per 25 Januari 2022 mencatat 4.878 kasus baru Covid-19 dan rata-rata dalam 7 hari 2.914 kasus.Â
Meningkatnya penularan virus corona varian omicron ini terjadi begitu cepat, sehingga pemerintah terus berupaya untuk mengendalikannya.Â
Di lingkungan sekolah, protokol kesehatan dilakukan dengan ketat untuk menciptakan wilayah yang tidak terpapar virus corona.Â
Prinsip kehati-hatian dalam menyelenggarakan kelas tatap muka harus diperhatikan dengan serius agar tidak terjadi penularan virus corona.Â
Melayani anak-anak yang masih kecil di sekolah dasar, hal ini sungguh-sungguh harus menjadi perhatian setiap pendidik, selalu mengingatkan anak-anak agar tetap menjaga protokol kesehatan dengan benar.
Pembelajaran Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka dalam masa transisi ini masih terbatas. Pertemuan di kelas hanya boleh 6 jam pelajaran masing-masing 35 menit. Waktu ini begitu singkat untuk menyampaikan pembelajaran sehingga masih harus di cari cara bagaimana melanjutkan pembelajaran tersebut.Â
Blended learning dengan memanfaatan teknologi informasi tetap diperlukan dan harus dikembangkan terus mutu dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran tersebut.Â