Di balik kekayaan alam yang berlimpah di bumi Sebalo ini, Kab. Bengkayang 'mengukir sejarah' yang kurang manis, yakni pada tahun 2019 lalu bupatinya terkena OTT, Wakil bupatinya berhalangan permanen karena sakit. Sebagai Pelaksana Tugas adalah Sekda Kabupaten yang tidak lama lagi akan purna tugas.Â
Karena itulah para kepala desa menyebut diri sebagai 'anak ayam kehilangan induk'. Karena kondisi sosial politik yang seperti inilah yang menggerakkan hati Maria Goreti untuk terus menyapa masyarakat dan perangkat desa di kabupaten ini. Sebab Kab. Bengkayang juga mulai berbenah dan bergerak ke arah yang lebih baik.
Dalam paparannya, Maria Goreti juga menghimbau agar aparatur desa ikut mengajarkan sikap toleransi -- saling menghargai antara satu pemeluk agama dengan pemeluk yang lain.Â
"Para aparatur desa harus menjadi garda terdepan membawa damai, suka cita, menjadi benteng pertama pembela Pancasila dan sekaligus menjadi contoh bagaimana merawat Pancasila dan UUD 1945 kepada masyarakat luas," katanya.
Merawat ke-Indonesiaan kita, merawat NKRI yang ber-Bhineka namun Tunggal Ika. Tindakan merawat ini harus disosialisasikan antargenerasi secara terus-menerus.Â
Salah satu cara merawat adalah dengan berdialog, bertatap muka bersama, berkunjung-silahturahmi, membicarakan masa depan negeri ini dengan terbuka dan dalam suasana cinta kasih dan persaudaraan sejati. Inilah bagian dari seni merawat Bangsa dan NKRI.
Kegiatan "Sosialisasi Empat Pilar MPR" bersama masyarakat ini diselenggarakan sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang terkandung dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. (TD/AT).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H