Mohon tunggu...
Agustinus Tamen
Agustinus Tamen Mohon Tunggu... Freelancer - Sekolah bisa tamat, tapi belajar tak pernah tamat.

Freelancer, Jurnalis & Editor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Maria Goreti: Indonesia Rumah Kita Bersama

18 Februari 2020   20:46 Diperbarui: 18 Februari 2020   20:44 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


BENGKAYANG -- Ratusan warga masyarakat Sungai Betung Kabupaten Bengkayang menghadiri paparan tentang Sosialiasi Empat Pilar MPR yang dilaksanakan Maria Goreti, S.Sos., M.Si, anggota MPR RI / DPD RI asal Provinsi Kalimantan Barat. Di hadapan audiens yang mayoritas beragama Katolik itu Maria Goreti memaparkan pentingnya merawat kebhinnekaan. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari NKRI, kita dipanggil dengan cara dan peran masing-masing untuk merawat Kebhinekaan. Yang dimaksud merawat Kebhinekaan adalah merawat ke-Indonesiaan kita. Merawat NKRI yang ber-Bhinneka namun Tunggali Ika.

"Saya juga tadi merinding, saat ditunjukkan, rupanya di depan kita berkumpul saat ini ada rumah ibadah saudara kita kaum Muslim. Baiknya lagi ada Pura di sebelah mananya. Baiknya lagi ada rumah ibadah saudara-saudara kita kaum Tionghoa misalnya, dan lain-lain. Dan itu bisa menambah keindahan kita dalam berbangsa dan bernegara," jelas Maria Goreti.

Saat ini masyarakat Sungai Betung memang sedang memulai pembangunan rumah ibadah Gereja Katolik Stasi Santo Thomas Rasul. Lokasi Gereja berada di atas ketinggian, persis berhadapan berseberangan jalan dengan sebuah Mesjid yang sudah duluan dibangun. Maria Goreti melihat hal tersebut sebagai praktek toleransi beragama yang baik sebagaimana diamanatkan Pancasila dan UUD 1945. Sikap toleransi beragama adalah salah satu upaya kita dalam merawat kebhinnekaan.

"Tindakan merawat kebhinnekaan harus disosialisasikan antargenerasi secara terus menerus. Salah satu cara merawat adalah dengan berdialog, bertatap muka bersama, berkunjung-silahturahmi. Membicarakan masa depan negeri ini dengan terbuka dan dalam suasana cinta kasih dan persaudaraan sejati. Inilah bagian dari seni merawat bangsa dan NKRI," ujar Maria Goreti.

Lebih lanjut Maria Goreti mengatakan, kalau kita mengatakan Indonesia, kita memiliki persepsi tentang sebuah negara dengan identitas kewarganegaraan. Namun, kata "Indonesia"  juga merujuk pada dinamika jamak di dalamnya, baik itu  alamnya, budayanya, tradisinya, sistem pemerintahannya dan rakyatnya. Oleh karena itu, identitas Indonesia akan selalu melekat pada semua orang, suku bangsa apapun yang mengakui sebagai warga negara Indonesia.

"Masyarakat Sungai Betung juga menjadi gambaran kecil Indonesia. Kalau kita yang berkumpul di sini sebagian besar beragama Kristen, itu bukan berarti kita mengesampingkan pemeluk agama lain. Justru kitalah yang harus terdepan menjadi pembawa damai, suka cita. Menjadi benteng pertama pembela Pancasila dan sekaligus menjadi pewarta Pancasila dan UUD 1945 kepada masyarakat luas," ujar Maria Goreti.

Di sela-sela ramah-tamah Maria Goreti dengan sejumlah tokoh masyarakat Sungai Betung, ia mengapresiasi pemilihan lokasi pendirian bangunan Gereja Katolik di Sungai Betung ini yang tidak berjauhan dengan sebuah Mesjid. Posisinya berseberangan jalan raya. Selain itu, seingat Maria, tidak terlalu jauh dari pusat Kecamatan Sungai Betung juga berdiri sebuah Pura, milik masyarakat Hindu. Ia berharap ada gagasan juga untuk Klenteng untuk peribadatan saudara-saudara Tionghoa. Sehingga Sungai Betung ini betul-betul menjadi model Kebhinekaan itu. Pada saatnya nanti masyarakat lain akan berkunjung ke tempat ini dalam wisata bertema Bhinneka Tunggal Ika. Wisata penerapan Pancasila dalam arti yang sesungguhnya.

Maria Goreti juga mengajak masyarakat Sungai Betung untuk tetap mencintai Indonesia. Hal ini berarti kita menyadari dan mengapresiasi keindahan dan kelebihannya. Mencintai juga berarti menginginkan yang terbaik untuk tanah air, dengan merangkul segala kekurangan dan mengupayakan berbagai hal yang potisif. Kita menjadi optimis bahwa kita akan dapat maju bersama, membangun Indonesia yang lebih baik, lebih bermartabat.

"Setiap hari yang perlu kita sadari dan lakukan adalah bersyukur. Bersyukur atas tanah air yang kaya dan subur. Gunung, lembah, ngarai dan alam yang indah. Di Bengkayang ini ada Gunung Bawakng. Ada berbagai air terjun dan riam. Misalnya Riam Marasap yang merupakan pemberian gratis dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada umat dan masyarakat di Kabupaten Bengkayang dan sekitarnya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bersyukur atas bangsa Indoneia yang memiliki Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah kita bersyukur, maka kita perlu terus merawat," papar Maria Goreti. (suganemat/thom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun