Sayup-sayup lembut musik sape' datun julut
Ditingkah alunan suling jonggan guntur mandayu bukit talaga
Nyaring menggema alunan gong menghentak telinga
Dentuman tetabuh gendang nan garang menggoda asa pangalima
Taredek ritmis dau nan magis menghantar jiwa sumangat jaya
Oh... gawai Dayak telah tiba
Kita ada dimana? Masihkah di ranah nenek moyang kita?
Disini kita di Indonesia Raya
Â
Tak peduli terik matahari menyengat
Peluh mengalir di dada, dari puncak telaga
Penari lelaki bak bala turun berlaga
Dengan tato menyala, meliuk-liuk tubuh raga
Utaian kalung penuh tengkorak primata
Berpadu dengan atribut pakaian tradisional
Menghentak tanah bumi binua dan rumah pusaka
Menarik tariu bersama awa pama tetua
Membakar laju semangat perang menghadang
Berteriak lantang sang Dayak sejati
Menenteng perisai pelindung diri
Tangkitn dan mandau bermata ngeri
Gesit sekilat maju berlari
Mengejar mimpi anak-anak enggang
Â
Tak kalah gemulai penari wanita
Menggoda ribuan pasang mata yang ada
Dengan senyum manis menawan
Mengurai rindu di kalbu, cinta dari dasar sukma
Nyanyian suara hati nurani, kearifan nenek moyang kita
Oh... gawai Dayak telah datang
Kita ada dimana? Masihkah di belantara ulayat pedalaman?
Disini kita di dunia, kita ada dimana-mana
Kita ada di seantero Nusantara Jaya
Kita selalu di Indonesia Raya
Mendamba hidup bahagia dan sejahtera
Â
(Sajak Gawai Dayak, oleh Agustinus Tamen, 20 Mei 2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H