Mohon tunggu...
Agustin Tri Setiyani
Agustin Tri Setiyani Mohon Tunggu... Lainnya - Saya Resah, Saya Menulis

Skeptis itu perlu, agar kita bisa menguji apakah sesuatu sedang berjalan dengan benar atau tidak. Jika sudah benar bagaimana? Yasudah, dinikmati saja. ^-^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengais Empati di Tengah Pandemi

7 April 2020   10:51 Diperbarui: 7 April 2020   11:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Again, WHY PEOPLE?

Kita semua tahu, penanganan kasus Covid sudah ada standarnya, sudah ada SOP yang pasti diikuti oleh tenaga medis dan petugas yang menangani pasien-pasien tersebut. Ketika SOP itu semua sudah dilakukan, maka semuanya aman. Alih-alih waspada menjaga jarak dengan ODP dan PDP supaya tak tertular, mengapa justru melakukan tindakan yang jauh lebih membahayakan?

Pengusiran Tenaga Medis

Tidak berhenti kepada korban, tenaga medis yang mestinya dihargai sebagai pahlawan, yang di media dielukan sebagai tantara garda terdepan dalam peperangan ini, juga mendapatkan perlakuan yang serupa. 

Dua perawat yang bekerja di Rumah Sakit Persahabatan diusir dari kos-kosan karena si empunya khawatir tertular. Konon kabarnya tak hanya dua perkara itu, masih ada lagi tenaga medis di lain daerah yang mendapatkan perlakuan serupa. Mereka harus menginap di rumah sakit untuk sementara.

Why People?

Gerara kekhawatiran  melebihi ambang wajar, hilang empati pada sesama. Padahal, jika terus dilakukan, pada akhirnya kita sendirilah yang berdiri di ujung jurang bahaya. Bagaimana jika semua orang berbondong-bondong melindungi diri dengan hazmat, sedangkan petugas medis yang betul-betul membutuhkan justru berada dalam situasi berbahaya karena tidak dibekali perlindungan diri yang memadai? Apa yang akan terjadi jika ODP dan PDP yang seharusnya melakukan isolasi mandiri justru diusir hingga tak tahu mau kemana dan justru berada di luar dan menularkan virusnya?

Mari kita bertanya kepada hati kita masing-masing, serta menimbang akibat yang lebih besar yang akan terjadi jika kita sudah hilang empati, meninggikan ego, dan menghilangkan logika pertimbangan bahaya yang mengancam di masa yang akan datang. Dua ribu orang yang positif Covid-19 saat ini, bukanlah angka yang kecil jika kita mementingkan kepentingan satu orang, yaitu diri kita sendiri. Tetapi, dua ribu orangpun bukan angka yang besar jika dua ratus juta orang Indonesia memiliki pemikiran mementingkan diri sendiri.

Interaksi fisik harus dijaga agar tetap berjarak, namun kemanusiaan HARUS tetap rekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun