Again, WHY PEOPLE?
Kita semua tahu, penanganan kasus Covid sudah ada standarnya, sudah ada SOP yang pasti diikuti oleh tenaga medis dan petugas yang menangani pasien-pasien tersebut. Ketika SOP itu semua sudah dilakukan, maka semuanya aman. Alih-alih waspada menjaga jarak dengan ODP dan PDP supaya tak tertular, mengapa justru melakukan tindakan yang jauh lebih membahayakan?
Pengusiran Tenaga Medis
Tidak berhenti kepada korban, tenaga medis yang mestinya dihargai sebagai pahlawan, yang di media dielukan sebagai tantara garda terdepan dalam peperangan ini, juga mendapatkan perlakuan yang serupa.Â
Dua perawat yang bekerja di Rumah Sakit Persahabatan diusir dari kos-kosan karena si empunya khawatir tertular. Konon kabarnya tak hanya dua perkara itu, masih ada lagi tenaga medis di lain daerah yang mendapatkan perlakuan serupa. Mereka harus menginap di rumah sakit untuk sementara.
Why People?
Gerara kekhawatiran  melebihi ambang wajar, hilang empati pada sesama. Padahal, jika terus dilakukan, pada akhirnya kita sendirilah yang berdiri di ujung jurang bahaya. Bagaimana jika semua orang berbondong-bondong melindungi diri dengan hazmat, sedangkan petugas medis yang betul-betul membutuhkan justru berada dalam situasi berbahaya karena tidak dibekali perlindungan diri yang memadai? Apa yang akan terjadi jika ODP dan PDP yang seharusnya melakukan isolasi mandiri justru diusir hingga tak tahu mau kemana dan justru berada di luar dan menularkan virusnya?
Mari kita bertanya kepada hati kita masing-masing, serta menimbang akibat yang lebih besar yang akan terjadi jika kita sudah hilang empati, meninggikan ego, dan menghilangkan logika pertimbangan bahaya yang mengancam di masa yang akan datang. Dua ribu orang yang positif Covid-19 saat ini, bukanlah angka yang kecil jika kita mementingkan kepentingan satu orang, yaitu diri kita sendiri. Tetapi, dua ribu orangpun bukan angka yang besar jika dua ratus juta orang Indonesia memiliki pemikiran mementingkan diri sendiri.
Interaksi fisik harus dijaga agar tetap berjarak, namun kemanusiaan HARUS tetap rekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H