Mohon tunggu...
Agustino Pratama
Agustino Pratama Mohon Tunggu... Jurnalis - Desainer Grafis dan Bangunan, Konten Kreator, serta Penulis Amatir yang mood nya naik turun

"Siapa tak kenal binatang jalang, lihat diri sendiri penasaranmu hilang. Jangan menangis, diatas masih ada bintang." Seburuk apapun kita, kita selalu mempunyai kesempatan untuk memulai perubahan. Jangan pernah ragu untuk melangkah. Berpegang teguh pada satu prinsip, "Bukan menjadi orang lain untuk menjadi yang terbaik, jadilah diri sendiri yang pasti bisa menjadi seseorang yang lebih baik." - Agustino Pratama -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Eksistensi Pers sebagai Pilar ke-4

9 Februari 2020   11:53 Diperbarui: 9 Februari 2020   11:58 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, saat ini sedang mengalami proses perubahan yang sangat pesat. Dari perkembangan ekonomi, pembangunan, sumber daya manusia, bahkan politik yang dewasa ini kian panas untuk diikuti. Perkembangan dunia teknologi informasi, tentunya berpengaruh cukup signifikan dalam perubahan yang terjadi, dimana pers merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam dunia tersebut.

Saat ini, informasi seakan telah menjadi sebuah kebutuhan dasar di kalangan masyarakat. Banyaknya media yang saat ini sudah tersedia dan dapat dijangkau dengan mudah, telah menjadikan "Informasi" sebagai salah satu hal penting yang harus dikonsumsi. Sehingga "Pers" saat ini telah bertransformasi menjadi produsen sekaligus distributor informasi yang harus selalu Update untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.

Salah satu tantangan terbesar bagi dunia pers, khususnya di Indonesia saat ini, adalah persaingan dengan dunia sosial media. Banyaknya berita dan informasi yang mudah disebar melalui media sosial yang tak ter-filter, membuat dunia pers harus lebih banyak berbenah dan meningkatkan kualitas informasinya. Dalam hal ini Pers dituntut untuk lebih aktif dalam memberikan penjelaskan ataupun konfirmasi dari banyaknya isu yang tersebar di media sosial.

Sayangnya, alih-alih berusaha memberikan penjelasan atau konfirmasi terhadap suatu isu, pers justru kerap kali mengangkat suatu berita atau informasi yang belum di verifikasi kebenarannya. Hal tersebut lah yang terkadang menurunkan sendiri kualitasnya. Prinsip dasar What, When, Where, Who dan How yang seharusnya menjadi dasar utama seorang jurnalis dalam mengumpulkan informasi, terkadang terabaikan.

Konsep dari Hukum Besi jurnalistik dimana kalangan Pers harusnya memberitakan suatu informasi secara berimbang melalui cover both side, pun seakan sudah mulai diabaikan.

Dalam perkembangan dunia politik, tak jarang, sebuah informasi yang merupakan produk pers tekadang justru condong pada salah satu pihak atau kalangan dalam membela ataupun mengkritisi suatu permasalahan. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena beberapa lembaga pers yang saat ini bermunculan, merupakan lembaga yang memang dibentuk oleh masing-masing kubu politik, atau salah satu kubu politik telah mengakuisisi suatu lembaga pers tertentu.

Dampaknya, pers seakan lebih aktif menjadi penyebar isu tentang politik praktis yang terjadi, ketimbang memberikan pemahaman politik kepada masyarakat. Independensi yang seharusnya dijunjung tinggi oleh kalangan pers, telah kalah dengan arus kepentingan salah satu kubu politik yang punya pengaruh terhadap suatu lembaga pers.

Lalu, masih kah pers menjadi pilar ke empat dalam demokrasi?

Mungkin, bisa dikatakan pers masih terus berusaha mempertahankan eksistensinya sebagai pilar ke empat. Namun, jika pada perkembangannya kalangan pers tidak melakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi, bisa jadi pers akan mulai kehilangan fungsi sebagai pilar keempat. Justru fungsi pers akan berubah, dimana ia akan dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan sebagai suatu senjata yang digunakan untuk menyerang ideologi, baik yang berpengaruh terhadap dunia politik maupun kebangsaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun