"Lo, Gue, End ...", masih ingat dengan celetukan tersebut? Ya, celetukan yang dikesankan sebagai tanda seseorang yang ikut trend beberapa waktu yang lalu. Beberapa saat setelah celetukan "Lo, Gue, End", muncul lagi caption "Kadang disitu saya merasa sedih", muncul pula istilah-istilah kekinian seperti "Hari patah hati nasional", "Kids Jaman Now, Kids Jaman Old", yang semua itu menjurus pada mode / trend kekinian.
Trend kekinian tidak hanya nampak pada bahasa dan istilah yang saat ini bermunculan dan viral di masyarakat. Beberapa unsur lain yang mengesankan trend kekinian juga nampak dari cara berpakaian, cara ber-pose saat foto, dan beberapa tingkah / polah yang ikut mengaplikasikan sesuatu yang akhirnya menjadi viral dan populer di masyarakat.
Namun, perlu kah masyarakat mengikuti gaya hidup Kekinian, yang saat ini menjadi fenomena yang marak terjadi?
Trend yang kian dan selalu berubah, merupakan salah satu bentuk tidak konsistennya pola hidup masyarakat. Masyarakat seakan tertuntut untuk selalu mengikuti perubahan trend yang ada, karena tidak ingin dianggap ketinggalan jaman. Tidak konsistennya pola hidup masyarakat yang ikut trend, dinilai dari umur suatu trend yang tidak lama, dengan kata lain, saat satu trend tidak berlaku lagi, maka dengan cepat muncul trend lain yang seakan langsung menuntut masyarakat  untuk mengikutinya agar dianggap kekinian.
Gaya hidup kekinian, bagi saya adalah gaya hidup yang pada akhirnya membuat masyarakat tidak mempunyai kepribadian. Falsafah jawa, "Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman",seakan tak lagi teraplikasi di masyarakat. Masyarakat Kekinian lebih mengesankan masyarakat yang Gumunandan Getunankarena mudah dibuat penasaran oleh perubahan trend. Masyarakat Kekinian juga terkesan punya sifat Kagetan, karena mudah merasa tertuntut untuk mengikuti perubahan trend yang sering kali terlalu cepat. Cukup disayangkan, dimana kenyataan yang terjadi di masyarakat dengan gaya hidup kekinian, trend yang sering muncul lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat Aleman.
Gaya hidup kekinian, sangat dipengaruhi oleh adanya sosial media, dimana suatu trend bisa dengan sangat cepat tersebar luas melalui sarana tersebut. Gaya hidup kekinian, dapat dengan cepat diikuti oleh masyarakat hanya dengan melihat foto-foto maupun video yang dibagikan di Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, atau media sosial lainnya.
Akan sangat disayangkan, apabila gaya hidup kekinian pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat, khususnya di Indonesia. Bangsa ini bisa jadi tidak lagi punya kepribadian yang kuat, seiring berubahnya trend yang berdampak pada mudah bergantinya kebiasaan / cara hidup masyarakatnya.
Sebagai kesimpulan, perlu kah sifat kekinian tetap berada di masyarakat? Jawabannya tergantung seberapa besar kepedulian masyarakat terhadap eksistensi kepribadian bangsa yang solid, yang pernah diwariskan oleh leluhur bangsa ini sebelumnya.
Menolak gaya hidup kekinian, bukan berarti tidak berusaha mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan jaman tetap dapat diikuti dengan mempertahankan kepribadian bangsa yang solid dan selalu berusaha memegang teguh nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Istilah Generasi penerusseharusnya lebih baik dari pada sebutan "Kids Jaman Now".Karena kita semua tau, darimana sebutan (bahasa) itu berasal. Kita bangsa indonesia sudah seharusnya kembali berusaha memahami isi sumpah pemuda, dimana kita wajib menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan malah membiasakan diri untuk mudah menyerap bahasa asing karena tertuntut gaya hidup kekinian.
Karakter bangsa yang solid, tentunya akan berpengaruh besar pada keutuhan bangsa. Gaya hidup kekinian yang tidak terarah dan tak terkendali, akan menjadi hal yang mengancam karakter dan kepribadian bangsa. Hal itulah yang perlu kita waspadai bersama.