Mohon tunggu...
Agustiningsih
Agustiningsih Mohon Tunggu... Dosen - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya dan Penatalaksanaan Perubahan Psikososial di Masa Pensiun

19 November 2024   10:38 Diperbarui: 19 November 2024   11:27 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan  

Masa pensiun merupakan masa akhir seorang individu dalam bekerja disuatu tempat kerjanya, dimana seseorang yang telah pensiun akan masuk pada masa transisi pada kehidupan yang baru (Kadarisman, 2017). Pensiun merupakan salah satu kenyataan sosial yang dialami pada masa tua selain menduda atau menjanda (Safitri, 2013). Masa pensiun di setiap Negara berbeda ketentuan usianya. Di Indonesia, usia rata-rata pensiun adalah 55 atau 60 tahun. Aperion Care mencatat rata-rata usia pensiun di Amerika Serikat adalah 63 tahun, China adalah 55 tahun, Uni Emirat Arab adalah 47 tahun, dan Norwegia pada usia 67 tahun (Setiawan, 2017).

Perubahan pada kondisi pensiun meliputi perubahan peran, nilai dan keinginan, serta perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup (Rahmat, 2016). Berbagai reaksi yang berbeda akan timbul ketika seseorang memasuki masa pensiun. Salah satu reaksi tersebut  berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menimbulkan gangguan psikologis dan sosial. Perubahan sosial melibatkan proses transisi dalam kehidupan seperti pengalaman kehilangan, berkurangnya finansial, perubahan peran, kesehatan, kemampuan fungsional dan jaringan sosial (Pusdatin, 2016).

Selain perubahan sosial tersebut, terdapat  juga perubahan psikologis, yang muncul di masa pensiun salah satunya adalah stress. Berdasarkan  penelitian Setianingsih, (2012) menyebutkan tidak kurang dari 16 Pensiunan (33,3%) berada pada kondisi gangguan mental ringan, dan 32 pensiunan (66,7%) masuk kategori sehat mental. Stress bisa muncul karena individu tidak mampu menerima dengan baik kondisi pensiun yang dialaminya. Hal tersebut yang akan mengganggu kondisi kejiwaan yang berdampak buruk pada ketidakstabilan batin dan watak, di antara takut berlebihan, risau atau gelisah, dan perasaan tertekan.

Tujuan 

Mengetahui upaya dan penatalaksanaan perubahan Psikososial di masa pensiun dari berbagai  artikel.

Metode  

Metode yang digunakan untuk memperoleh artikel dengan beberapa data base antara lain: PubMed, ProQuest, dan Google Scholar mulai tahun 2011 sampai dengan 2021. Metoda pemilihan pengkajian kualitas artikel menggunakan instrument JBI (The Joanna Briggs Institute) exsperiment tools dan dengan panduan dari Preferred Reporting Systematic Reviews and Meta Analitic (PRISMA). Pada penelusuran awal dengan menggunakan kata kunci didapatkan artikel sebanyak 26.092. Selanjutnya dilakukan penelusu ran artikel yang ganda, sebanyak 70 artikel dimasukkan ke dalam tahap selanjutnya yaitu penelahaan full teks dan eligibilitas berdasarkan kriterai inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil akhir didapatkan sebanyak 7 artikel penelitian yang memenuhi syarat kemudian dikaji kualitasnya dan disintesis dalam laporan akhir kajian pustaka ini. Berikut ini gambaran seleksi artikel menggunakan metode PRISMA :

Hasil 

Dari 7 artikel yang dilakukan review terdapat beberapa intervensi upaya penataksanaan perubahan psikologis yang telah dilakukan untuk menghadapi lanjut usia di masa pensiun. Pada artikel (1) terdapat upaya untuk mengatasi stress dan permasalahan psikologis pada pensiunan dapat menggunakan metode MBSR yang dilakukan 8 minggu. Dalam artikel penelitian (2) Kecenderungan perubahan psikososial seperti: kendala interaksi, tempat tinggal, pengelolaan SDM,  dan hambatan penyesuaian diri dapat diatasi dengan oleh pemerintah dengan merancang kebijakan yang adaptif dan tidak diskriminatif. Pada Artikel (3) menunjukkan hasil melakukan literasi Kesehatan telah terbukti berpengaruh terhadap persepsi kesehatan terkait kecemasan dan rasa takut untuk memeriksakan  kesehatan  orang tua.  Selanjutnya dalam artikel (4) menunjukan hasil pentingnya dukungan  sosial  di akhir pekan pada usia 55-65 tahun, dan Inisiatif promosi kesehatan untuk meningkatkan peluang interaksi social pada orang tua di masa pensiun. Pada artikel (5) menunjukkan mayoritas lansia di masa pensiun  ingin mandiri secara ekonomi dan terus bekerja sampai mereka tidak mampu melakukannya dan hanya sebagian dari mereka telah memasrahkan masa pensiun di tangan Tuhan. Pada artikel (6) kesejahteraan dimasa pensiun digambarkan dengan kondisi psikososial yang baik, antara lain kesadaran dan rasa syukur atas tubuh yang sehat dan berfungsi, pengalaman baru untuk bertindak, rasa hak pilihan yang tinggi, dan berada di tempat yang memiliki hubungan baik. Sedangkan pada artikel (7) menunjukkan keterlibatan seluruh peserta dalam program psikososial dengan tingkat reliabilitas yang sangat baik. Hasil menunjukkan program psikososial berpengaruh positif dengan perencanaan di masa pensiun. Berikut hasil penelusuran di gambar  3.2 :

Pembahasan

Masa pensiun merupakan tanda seseorang sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan lagi dalam dunia pekerjaan karena usia yang menua dan produktivitas makin menurun (Hampton and Totty, 2020). Tanpa disadari, pemahaman seperti inilah yang memengaruhi persepsi  seseorang  sehingga  menjadi terlalu  sensitif  berlebihan (over sensitive) dan subyektif terhadap stimulus yang ditangkap dan kondisi mengakibatkan orang jadi mudah sakit-sakitan saat masa pensiun tiba (WHO, 2019). Pembahasan dari beberapa artikel yang ditelaah antara lain :

     Mayoritas pensiunan adalah orang usia lanjut yang telah mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain (Spirling, 2019). Perubahan psikologis yang terjadi dapat disebabkan oleh ketidakakuratan mental dan keadaan fungsional yang kurang efektif (Jeste et al., 2013). Seiring dengan proses penuaan, ada beberapa permasalahan baik fisik maupun mental biasa terjadi pada orang lanjut usia seperti gangguan tidur, cemas, depresi dan pikun (Karam, 2020). Sedangkan pada aspek sosial ekonomi salah satunya karena kesendirian dan penurunan pendapatan. Kesendirian terjadi karena ditinggalkan keluarga untuk menjalani kehidupan dengan keluarga baru atau ditinggal meninggal pasangan (Aung, Nurumal and Wan Bukhari, 2018). Kemudian faktor lain yang menyebabkan perubahan psikososial diantaranya faktor ekonomi terkait hilangnya sebagian pendapatan atau faktor keluarga yang tidak perduli.

  • Pengaruh Perubahan Psikososial Terhadap Kesiapan Masa Pensiun

Perubahan psikososial yang sebagian besar mempengaruhi aspek kehidupan pensiunan ini memerlukan adanya perencanaan untuk menyiapkan masa pensiun. Kesiapan masa pensiun memerlukan  perencanaan  yang matang,  termasuk  di  dalamnya membangun kesejahteraan, baik fisik maupun finansial, menjalin komunikasi dan lingkup hubungan pertemanan yang memadai, serta berdamai dengan diri sebagai salah satu upaya melakukan adaptasi terhadap perubahan psikologis dan sosial.  Tentunya kesejahteraan yang diharapkan adalah kondisi manusia berada dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai baik fisik, psikologis, social maupun spiritual.  Dimana individu yang mengalami perubahan psikososial yang positif akan berdampak pada meningkatnya kesiapan di masa pensiun dan sebaliknya.

  • Deteksi dini (early detection) kesiapan psikososial di masa Pensiun

Sebagai upaya mempersiapkan pensiun dengan sejahtera maka, deteksi dini yang dilakukan dapat berupa deteksi akan bagaimana perasaan, apa kebutuhan, keinginan dan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh pekerja yang memasuki masa pensiun (Hakim, 2017). Harapannya dengan deteksi dini yang dilakukan suatu instansi dapat menyiapkan dan menerapkan masa pensiun bagi pegawainya. Dengan begitu calon pensiunan dapat menambah wacana tentang bagaimana perasaan, dan apa saja sebenarnya kebutuhan, keinginan dan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh pekerja yang memasuki masa pensiun.

  • Kesadaran Perubahan psikososial di masa Pensiun     

Individu yang akan memasuki masa pensiun perlu meningkatkan kesadaran tentang kondisi dan perubahan yang terjadi pada dirinya serta belajar berdamai dengan diri dan mencoba beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, termasuk di dalamnya adaptasi psikososial. Salah satu aspek yang dapat digunakan untuk menilai kesadaran adalah adanya perasaan sejahtera. Dimana, perasaan sejahtera ditunjukan dengan kesadaran dan rasa syukur atas tubuh yang sehat dan berfungsi, dapat berinteraksi dan berhubungan baik dengan orang lain (Bauger and Bongaardt, 2016).

  • Upaya dan penatalaksanaan perubahan psikososial di masa pensiun

Upaya yang bisa dilakukan adalah merubah perilaku, budaya, dengan sedini mungkin mempersiapkan/ merencanakan tabungan dan kesiapan pensiun (Lucia &Blaco, 2017). Pengalaman keluarga dan religiusitas juga mempengaruhi kesiapan di masa pensiun dimana lanjut usia yang sudah memiliki dana pensiunan adalah impian semua orang (Bauger and Bongaardt, 2016). Tabungan pensiun merupakan aset lancar yang telah kita persiapkan untuk dimanfaatkan guna memenuhi semua kebutuhan setelah pensiun (Manulife.co.id, 2020).

Pada dasarnya, tujuan memiliki dana pensiun yang cukup adalah agar kita mandiri secara keuangan di masa tua. Pada lansia yang sudah masuk kelompok rentan jelas akan mengalami beberapa risiko yang bisa saja dialami seperti lansia rentan terserang penyakit kritis, dan biaya berobat yang mahal. Data dari BPS menyebutkan bahwa usia harapan hidup di Indonesia pada umumnya adalah 71,5 tahun. Jika saat ini kita berusia 35 tahun, maka ada waktu kurang lebih 36 tahun lagi untuk mempersiapkan diri dan membekali keluarga yang kita tinggal (BPS, 2018).

Melihat risiko-risiko yang berpotensi kita alami di masa tua, maka bisa disimpulkan bahwa kita tetap butuh perencanaan yang matang saat pensiun nanti dan peran dana pensiun sangat penting disini. Temuan menunjukkan mayoritas peserta ingin mandiri secara ekonomi dan terus bekerja sampai mereka tidak mampu melakukannya dan sebagian dari mereka telah memasrahkan masa pensiun di tangan Tuhan (Lucia &Blaco, 2017).

Perencanaan dapat dilihat dari usia yang ada pada pekerja saat dan diukur dengan usia masa pensiun rata-rata. Jika di Indonesia usia pensiun adalah 55 atau 60 tahun maka dapat diasumsikan dan dilihat berapa waktu tersisa untuk menyiapkan tabungan dan kesiapan lainnya di masa pensiun. Menyiapkan kebutuhan di masa pensiun memang bukan hal mudah. Hal itu tidak terlepas dari anggapan bahwa masa pensiun masih lama terjadi sehingga bukan termasuk hal mendesak yang harus dipenuhi saat ini. Pandangan itu agak kurang tepat. Waktu terbaik menyiapkan masa pensiun adalah sekarang juga. Semakin lama menundanya, semakin kecil peluang Anda mewujudkan masa pensiun sejahtera  (Manulife.co.id, 2020). Masa pensiun memerlukan perencanaan yang cukup matang, terutama untuk kesiapan secara psikologis, sosial dan ekonomi. Pemerintah melalui peraturan BKN Nomor 2 tahun 2019 tentang tata cara masa pensiun, yaitu masa persiapan pensiun (MPP) yang bisa diajukan 1 tahun sebelum batas usia pensiun.. Persiapan 1 tahun yang ada dapat dilalui dengan beberapa kegiatan, antara lain mengikuti pelatihan kelompok ESQ maupun menjalin hubungan pertemanan yang erat (friendship), sehingga lansia di masa pensiun dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan psikososial yang terjadi .

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pensiunan yang mengalami perubahan psikososial seperti stress dan masalah psikologis dapat diberikan intervensi dengan menggunakan metode MBSR. MBSR yang dilakukan dapat dilakukan selama 8 minggu. Metode MBSR mendorong individu untuk mengidentifikasi gejala fisik yang sedang dirasakan dengan cara menyadari berbagai hal yang terjadi pada saat ini atau tidak hanya berfokus pada kondisi sakit saja, sehingga keluhan gejala fisik akan berkurang. Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) terbukti mampu menaikkan regulasi emosi positif pada individu dengan gangguan kecemasan sosial  (Moss et al., 2015).

Terapi Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) bermanfaat untuk meningkatkan kepekaan secara emosional dan penerimaan diri terhadap berbagai ekspresi emosi pada individu dengan gangguan fisik (Munazilah and Hasanat, 2018). Program MBSR bertujuan menurunkan kondisi stres dengan memodifikas proses kognisi dan afeksi sehingga berpengaruh terhadap regulasi emosi, sensasi fisik, dan keyakinan diri individu (Maharani, 2016).

Selain metode MBSR, program psikososial juga efektif dilakukan  untuk  mempersiapkan  masa pensiun  yang sejahtera. Program dukungan psikososial (Psychosocial Support Prgramme/PSP) adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu maupun masyarakat  agar  tetap  berfungsi  optimal  pada saat  mengalami krisis   dalam   situasi   bencana   maupun   kecelakaan.   Manfaat Program dukungan psikososial antara lain membantu individu untuk mengurangi beban emosinya, mengembalikan fungsi sosial indvidu di dalam lingkungannya, mengurangi risiko berkembangnya reaksi normal menjadi reaksi yang tidak normal, meningkatkan kemampuan individu di dalam pemecahan masalah- masalah yang dihadapii pasca bencana dan membantu para pekerja kemanusiaan untuk mengatasi masalah psikologis yang muncul akibat dari situasi yang dihadapi (Gathiira, Muathe and Kilika, 2019). Hasil penelitian ini dapat terlihat berbagai aspek kehidupan pada masa pensiun telah mengalami perubahan. Kualitas hidup dapat    menuju    arah    sejahtera   dengan    meningkatkan   dan memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Sejalan dengan hasil penelitian (Bauger lars, 2016) Membangun kesejahteraan dengan meningkatkan rasa syukur, kesadaran diri, merubah perilaku sesuai dengan pengalaman, dan berhubungan baik dengan relasi. Beberapa cara tersebut merupakan upaya dari segi individu dalam penatalaksanaan perubahan psikososial.

Kesimpulan

Setelah dilakukan telaah sebanyak 7 artikel, dapat disimpulkan bahwa perubahan psikososial di masa pensiun dapat diatasi dengan beberapa upaya, dan penatalaksanaan antara lain: Pertama metode MBSR (Mindfulness Based Stress Reduction) yang berarti sebuah metode untuk mengurangi stress berbasis program pelatihan untuk membantu mengatasi stress, rasa sakit, dan masa sulit dalam hidup ke dua dengan  membangun kesejahteraan dengan meningkatkan rasa syukur, kesadaran diri, merubah perilaku sesuai dengan pengalaman, dan berhubungan baik dengan relasi .ke tiga dengan support dan dukungan keluarga, dan yang ke empat dengan cara mengikuti pelatihan  kelompok ESQ dan Virtual meeting untuk membangun hubungan pertemanan yang erat (friendship), dan mengikuti program psikososial (PSP). Sehingga melalui beberapa upaya tersebut, seorang individu di masa pensiun dapat melakukan penyesuaian terhadap beberapa perubahan psikososial yang terjadi.

 

Saran

Melihat kondisi lebih luas yang mungkin timbul dari perubahan psikososial, maka perlu adanya deteksi dini terhadap beberapa perubahan psikososial yang mungkin muncul serta perlunya dilakukan intervensi dan penatalaksanaan lebih mendalam yang diterapkan untuk  mengatasi berbagai permasalahan tersebut sehingga individu dapat menjalani masa pensiun dengan lebih sehat dan sejahtera baik secara psikologis dan sosial.

 

Ditulis oleh:

Agustiningsih S.Kep.,Ns dan Dr. Lisa Musharyanti, S.Kep.,Ns.,M.Med.Ed

Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Daftar Pustaka

Aung, K., Nurumal, M. S., & Wan Bukhari, W. N. S. (2018). Loneliness Among Elderly in Nursing Homes. International Journal for Studies on Children, Women, Elderly And Disabled, 2(February), 72--78.

Bauger, L., & Bongaardt, R. (2016). The lived experience of well-being in retirement: A phenomenological study. International Journal of Qualitative Studies on Health and Well-Being, 11(3603), 1--11. https://doi.org/10.3402/qhw.v11.33110

Gathiira, T. G., Muathe, S. M. A., & Kilika, J. M. (2019). Psychosocial Programmes and Employees Retirement Preparedness: Empirical Evidence From the Educational Sector in Kenya. International Journal of Business Administration, 10(2), 82. https://doi.org/10.5430/ijba.v10n2p82

Hakim, S. N. (2017). Perencanaan Dan Persiapan Menghadapi Masa Pensiun. Warta LPM, 10(1), 96--109. https://doi.org/10.23917/warta.v10i1.3217

Hampton, M., & Totty, E. (2020). Minimum Wages, Retirement Timing, and Labor Supply. University of Notrthern Iowa, 46.

Jeste, D. V, Lieberman, E. J., Fassler, D., & Peele, R. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. American Psychistric Publishing. https://doi.org/10.1016/B0-12-657410-3/00457-8

Kadarisman, M. (2017). Menghadapi Pensiun dan Kesejahteraan Psikologis Pegawai Negeri Sipil. Jurnal Kebijakan Dan Manajemen, 5(2), 45--62. Retrieved from https://jurnal.bkn.go.id/index.php/asn/article/view/111

Karam, G. (2020). Mental Health in the Elderly: Depression, Anxiety and Dementia. In HUMAN & HEALTH (Vol. 11, pp. 202--210). https://doi.org/10.1179/isr.1986.11.2.202

Maharani, E. A. (2016). PENGARUH PELATIHAN BERBASIS MINDFULNESS TERHADAP TINGKAT STRES PADA GURU PAUD. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 9(2), 100--110.

Manulife.co.id. (2020) 6 Langkah Siapkan Tabungan Hari Tua untuk Pensiunan Sejahtera. Retrived January 27, 2022, from https://www.manulife.co.id/id/artikel/6-langkah-siapkan-tabungan-hari-tua-untuk pensiun-sejahtera.htm

Moss, A. S., Reibel, D. K., Greeson, J. M., Thapar, A., Bubb, R., Salmon, J., & Newberg, A. B. (2015). An Adapted Mindfulness-Based Stress Reduction Program for Elders in a Continuing Care Retirement Community: Quantitative & Qualitative Results from a Pilot Randomized Controlled Trial. J Appl Gerontology, 176(3), 139--148. https://doi.org/10.1177/0733464814559411.An

Pusdatin. (2016). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan.

Rahmat, A. (2016). Post-Power Syndrome dan Perubahan Perilaku Sosial Pensiunan Guru. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(1), 77--94. https://doi.org/10.15575/psy.v3i1.668

Safitri, B. R. (2013). Kesiapan Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau Dari Peran Gender Karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01(02), 1--5.

Setianingsih, D. (2012). Gambaran koping dan stres pada masa pensiun di desa mata allo kecamatan bontomarannu kabupaten gowa. Jurnal UIN Alauddin.

Setiawan, S. R. D. (2017). Berapa Rata-rata Usia Pensiun di Seluruh Dunia? Retrieved from s://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/21/071441826/berapa-rata-rata-usia-pensiun-di-seluruh-dunia-

Spirling, S. (2019). Psychosocial Development and Well-being in Retirement: The Psychosocial Development and Well-being in Retirement: The Relationship Between Generativity, Ego Integrity, and Regret Relationship Between Generativity, Ego Integrity, and Regret Among Canadian. Developmental Psychology Commons Recommended. Retrieved from https://scholars.wlu.ca/etd

WHO. (2019). Global Health and Aging. Nation Institute on Aging. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-375000-6.00006-9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun