Mohon tunggu...
wulanindri
wulanindri Mohon Tunggu... Administrasi - agustin

Pengangguran bahagia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Heuheureuyan ala Ibuk-ibuk, Bapak-bapak dan Mereka yang Berseragam dalam Tatanan Sunda Islam Modern

25 Januari 2022   19:18 Diperbarui: 25 Januari 2022   19:26 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang baru baru ini trending yakni pa Lila lila molotot. Alias saling melotot satu sama lain hingga mata merah dalam waktu yang lama hingga buncileukan berair. Seperti yang baru minum minuman keras padahal efek dari saling melotot saja. Trend ini berlangsung setahun terakhir ini. 

Dilakukan oleh bapak bapak dengan para anak muda laki laki. Ada yang dilakukan di tempat rumah makan, ada yang di pasar modern. Maka jangan aneh ketika di daerah Bandung anda melihat ada orang orang yang sedang melakukan hal hal aneh semacam ini. Yakni pa Lila lila molotot tepika Soca beureum.

Sementara heuheureuyan ala ibuk ibuk, yakni seperti berbisik bisik tetangga, popoyokan teu kagok, menghina dll
Meski kadang mengganggu hingga membuat rugi besar orang yang terganggu dengan kelakar mereka karena tidak izin dulu ya namun permainan tersebut nyatanya mampu mempererat tali persahabatan diantara mereka.

Kedua kegiatan tersebut nyatanya sangat di perbolehkan oleh pihak kepolisian dan pihak Koramil setempat. Saya kena. Biasanya jadi kaheureuyan pejabat.

Gejala yang ditimbulkan akibat kaheureuyan mereka yakni gejala tipes, muntaber, kejang kejang, tutung seluruh badan, keracunan, insomnia, amnesia, tak punya kawan, begang seumur hidup, sakaratul maut dan gejala gejala menuju skizoprenia dan skizoprenia atau stress alias edan alias sinting alias gelo alias sudah tidak ada yang perduli meski telanjang, anak lahir sendiri dan dibuang disungai, jalan jalan dengan halusinasi, dll ge.

Atau kesombongan yang merasuk karena anda akan di hukum atas tindakan orang lain yang di sukai oleh para pria pria semacam itu, seperti keracunan obat atau over dosis oleh tenaga kesehatan yang belum berpengalaman. Di tutup oleh mereka biasanya karena lebih cocok dijadikan istri dari pada dijadikan tersangka.
Jangan aneh jika tiba tiba anda di siksa oleh mereka dan anda menderita busung lapar, alias penyakit sombong dan miskin.

Sebetulnya dalam obat tradisional, makanan dan minuman ada banyak penyembuh, penetralisir dan memang sudah di pelajari oleh nenek moyang orang Sunda jaman dulu, karna itu ada istilah indung berang, dukun beranak, ada istilah mantri hanya saja justru rentang kekuasaan yang demikian yang membuat rusak.

Perlu kembali ke tatanan yang lebih seimbang antara pengetahuan nenek moyang dan pengetahuan yang di pelajari di sekolah kesehatan, kepolisian, ketentaraan, kedinasan.
Karena teorinya dalam satu kawasan saya pernah di tanya misal di satu kecamatan ada komando pasukan militer nya ada polisi sektoralnya ada berapa penduduk nya, dalam satu desa ada berapa penduduk nya.

Intinya betulkah mereka tidak tahu ada satu orang sakit ada satu orang penjahat atau satu orang yang kemudian gila di satu kawasan yang mereka pantau?

Kalaupun betul jangan sengar sengor atau bentak bentak ke warga sipil ya, karena saya tahu kalau naik bis bareng, mereka tuh gak takut preman, mereka lebih takut kalau pujaan hatinya yang cantik jelita pindah ke lain hati, boro boro bantu kawan sebangkunya yang di palak. Atau boleh ya kita sebut saja mereka bodoh. Jadi kita bisa handle sendiri semuanya sementara mereka sibuk.

Kalau sudah sampai ketingkat yang kritis menghadapi kelakuan mereka yang ujug ujug dan tiba tiba menyerang kita, percaya saja bahwa mereka dan keturunannya akan jadi pasukan Dajjal, nanti hari kiamat akan dibangunkan untuk melawan nabi Isa dan orang mukmin yang akhlaknya seperti nabi Muhammad yang perawakan nya barangkali tidak jauh seperti mereka. Atau ada saran yang lebih baik ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun