Pada langit yang serupa lautan
Berlapis rerumput hijau dari pohon menjulang
kadang mengumpul di pulau terpencil bak semak-semak
Matahari gurun pasir menyorotiku membiaskan pandangan
Menjernih memasuki ruang gerombolan pohon sekotak hutan
Jauh di sana kumpulan atap-atap rumah berserak
Barangkali juga toko dan pabrik, besi-besi pemancar mencuat
Selendang abu yang kaku terbawa angin
Sekolam air gemerlapan kemilau di antara petakan sawah
Atap-atap itu kini meloncat di pingiran
Tak bosan penghuninya pada gemuruh teratur yang lewat
Pohon-pohon bambu merunduk mempersilahkan
Alang-alang berbunga bergoyang di pinggir tebing
Tak lama nampak Lukisan pegunungan, pohon kelapa di pinggir sawah
dan awan -- awan yang menggumpal di atasnya
Anak --anak bermain di dekat gubuk kecil memandang kearah kami
Sementara satu dua orang berjalan di antara petak-petak karpet hijau itu
Mentari kali ini ada di sudut mataku di ujung sana
Terapit busa-busa putih hingga sinarnya membentuk hurup s
Cahya kini mulai keunguan, aku bahkan sudah bisa bercermin pada kaca disampingku
Sebelum seorang masinis menghampiri sesaat kala berhenti di stasiun terdekat
Di mana pedagang menjamur di pinggirnya
Begitupun orang-orang yang sekedar berkumpul menunggu waktu
Tak lama serasa,
Pandangan kembali pada deretan pohon pisang dengan pelepah terkulai
Jagung-jagung dengan daun yang mengering
Tegal-tegal singkong, pasak-pasak bamboo yang menyilang
Di rambati serupa tanaman kacang-kacangan
Secuil gambaran tetumbuhan di negeriku
Kereta beristirahat di stasion berikutnya dengan taman tertata
Daun --daun talas yang besar diantara tetanaman lain yang belum tumbuh benar
Dalam kereta, keluarga-keluarga yang ribut oleh suara anak mereka
Penumpang yang mengobrol, penumpang yang bertelpon
Menyeruak suara khas angkutan masa ini yang terdengar sesekali
Panjang pendek sebelum memasuki perlintasan bersama
Perlahan cayaha di dalam lebih terang dari cahaya alami di luar sana
Mentari lebih keemasan dari sebelumnya
Menerpa ujung-ujung pohon berdaun carang,
Di mana layang-layang yang tersangkut dicabangnya masih terlihat
Meski sang hitam perlahan pekat
Lampu-lampu rumah, kendaraan mulai menyala seluruh
Kemerah-merahan, kekuningan, putih terang
Repleksi di dalam kian kentara
Rumput, tanah dan atap bahkan sawah mulai nampak membaur menuju gelap
Ruam-ruam putih pada langit yang kian kelabu
Seulas lembayung merah tersisa di ujung sana
Lampu-lampu kini seperti titik terang di kejauhan
Seperti suara azan magrib yang berkumandang di akhir perlintasan ku
Titik terang di hari itu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H