Dikutip dari Liputan6.com, generasi terbagi menjadi lima; generasi baby boomers (1964-1960), generasi X (1961-1980), generasi Y atau generasi milenial (1981-1994), generasi Z (1995-2010), dan generasi alpha (2011-sekarang).
Generasi Z merupakan generasi yang sedang berada di era digital yang bersifat multifaset. Multifaset dalam konteks ini dapat diartikan sebagai generasi yang bisa merangkap kegiatan di beberapa bidang dalam satu waktu. Hanya dengan rebahan, mereka masih bisa menghasilkan cuan atau melakukan aktivitas yang bermanfaat melalui bantuan internet. Mereka bisa berperan dalam beberapa aspek, termasuk dalam ranah kesusastraan. Ranah kesusastraan di sini bisa meliputi budaya literasi, budaya adiluhung dan budaya pop, apresiasi seni, dan penulisan sastra dan nonsastra. Generasi ini tumbuh diiringi perkembangan teknologi yang pesat secara mengglobal, sehingga penyampaian isu-isu di lingkungan sekitar bisa sangat fleksibel diterima, termasuk isu sosial dan budaya. Dalam dunia Sastra Indonesia, peran generasi Z sangat dibutuhkan untuk memberikan nuansa baru melalui platform media digital untuk dikonsumsi sehari-hari oleh generasi-generasi lainnya. Beberapa hal yang bisa dilakukan generasi Z dalam dunia kesusastraan.
- Literasi Digital
Platform media digital seperti blog dan unggahan dalam media sosial bisa dijadikan sarana generasi Z untuk menyampaikan perihal terkait bahasa, sastra, dan budaya. Penyampaian literasi digital ini bisa dilakukan melalui audio dan visual untuk mengekspresikan ide-ide mereka, seperti essai, puisi, cerita pendek, dll.
- Ekspresi Sastra
Bagi mereka yang memang menyukai sastra, pengekspresian sastra bisa dilakukan dengan membentuk komunitas, kemudian melakukan sebuah rancangan untuk mengekspresikan sastra, seperti drama, teater, penulisan karya sastra, dll. Hal tersebut bisa membantu dunia sastra untuk membangun peradaban dengan mengangkat isu-isu sosial di lingkungan sekitar untuk disampaikan melalui ekspresi-ekspresi sastra.
- Kolaborasi Multidisipliner
Generasi Z berkemampuan untuk menggabungkan atau berkolaborasi antarilmu, tak terkecuali dalam ilmu sastra. Ilmu sastra bisa berkolaborasi dengan beberapa disiplin ilmu, salah satunya dengan seni. Erat kaitannya antara sastra dengan seni karena keduanya merupakan keestetikan. Ilmu-ilmu itu dapat dikolaborasikan dengan menciptakan karya yang multisensori.
- Diskusi Bahasa
Dewasa ini banyak kosakata yang muncul akibat pergaulan yang semakin meluas oleh generasi Z. Oleh sebab itu, kosaskata baru tersebut menjadi sebuah diskusi untuk perkembangan kebahasaan di Indonesia. Hal tersebut menjadi isu yang sangat penting untuk pembentukan sebuah gaya kebahasaan.
- Optimalisasi Platform DigitalÂ
Banyak platform digital yang bisa digunakan untuk menyampaikan apa yang mereka pikirkan. Generasi Z bebas menyampaikan opini, baik secara audio maupun visual, khususnya yang menyangkut isu kesusastraan yang meliputi sastra, bahasa, dan budaya. Mereka bisa menyampaikan cerita melalui vlog atau podcast. Hal tersebut dapat menjadi sarana generasi Z untuk membuka pintu kreativitas tak terbatas dalam menyampaikan cerita pada khalayak.
Peran generasi Z dalam dunia sastra sangat dibutuhkan untuk menyampaikan ekspresi mereka melalui platform digital yang semakin berkembang. Sementara itu, generasi milenial juga berperan penting dalam membantu generasi Z mewujudkan peradaban yang lebih baik, khususnya di ranah kesusastraan. Isu-isu sosial bisa menjadi diskusi bersama untuk menghidupkan semangat kreativitas, keprihatinan, dan keberagaman dalam berpikir, khususnya dalam ranah Sastra Indonesia. Sastra dalam konteks ini bisa digunakan untuk mebedah isu-isu yang ada di lingkungan sekitar, untuk bisa dianalisis dan diselesaikan, kemudian disampaikan pada khalayak sebagai ilmu pengetahuan melalui media kreativitas anak-anak muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H