Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Perihal Masjid dan Mushola di Teras Malioboro 2 Yogyakarta

3 Februari 2025   13:05 Diperbarui: 3 Februari 2025   13:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semula masjid menjadi mushola (Dokpri)

"Di Teras Malioboro 2 ada masjidnya, lho. Ada tulisannya besar: Masjid al-Kautsar," kata saya kepada seorang teman.

"Iyakah? Tumben enggak mushola saja," sahutnya. "Ukurannya memang besar, ya? Bisa untuk Jumatan gitu?"

Saya tertegun sejenak. Berusaha mengingat-ingat ukuran masjid yang saya ceritakan. "Eh? Kurang tahu, sih. Aku tidak memasukinya kemarin. Karena tidak terpisah dari bangunan besar, aku juga tak bisa memperkirakan luasnya dari luar."

Itu obrolan kami pada tanggal 15 Januari 2025. Yang diam-diam membuat saya bertekad untuk segera bisa shalat di Masjid al-Kautsar tersebut. Kepo juga saya dengan tingkat keluasannya.

Satu hari sebelum obrolan tersebut, saya memang berkesempatan mendatangi lokasi baru Teras Malioboro 2. Yang tatkala itu belum resmi dipakai untuk berjualan. Baru masa transisi.

Para pedagang sedang pindahan. Mereka masih tampak hilir-mudik mengangkuti barang dagangan masing-masing. Malah kami juga melihat Ibu Kadisbud Kota Yogyakarta dan staf hadir di situ.

Sebetulnya banyak hal menarik di Teras Malioboro 2. Sebagaimana yang telah saya tuliskan di Kompasiana beberapa waktu lalu. Namun, perihal keberadaan Masjid al-Kautsar memang paling membetot perhatian.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Ketersediaan tempat ibadah untuk umat Islam di sebuah pusat perbelanjaan memang telah lazim di negeri kita ini. Akan tetapi, untuk tempat selevel Teras Malioboro 2 yang tak luas-luas amat, mengapa harus masjid? Pada umumnya 'kan cukup mushala?

Saya pun menyimpulkan bahwa hal itu disesuaikan dengan kebutuhan; mungkin supaya bisa dipakai untuk Jumatan sekalian. Sekalipun selintas tanya tak hilang-hilang juga di hati saya.

"Kok masjid, ya? Bukankah di dekat Teras Malioboro 2 sudah ada Masjid Siti Djirzanah? Masak iya jamaah shalat Jumat di sana sebegitu membludak? Sampai-sampai di dekatnya harus disediakan satu masjid lagi untuk Jumatan? Nanti pas disediakan masjid tambahan malah jamaahnya kurang? Tidak memenuhi syarat sah untuk shalat Jumat?"

Hingga akhirnya tibalah tanggal 1 Februari 2025. Saat saya ikut kegiatan Walking Tour Spesial Ketandan dalam rangka Pekan Batik Peranakan Tionghoa 2025, yang merupakan kolaborasi antara Jogja Walking Tour dan Toko Batik Yogya Kembali. Tak disangka-sangka, rute penjelajahan kami pakai acara masuk area Teras Malioboro 2.

Wow! Pucuk dicinta ulam tiba. Diam-diam saya berencana untuk sekalian menengok luas Masjid al-Kautsar. Nanti. Setelah pemandu tur selesai memberikan penjelasan. Sebelum rombongan meninggalkan area Teras Malioboro 2.

Akan tetapi, apa yang terjadi? Saya memperoleh kejutan saat mencari Masjid al-Kautsar. Di papan nama yang dahulu jelas-jelas bertulisan Masjid al-Kautsar, kini telah berganti nama menjadi Mushola Setjodiningrat.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Baru setengah bulan sudah main berubah saja? Semula masjid sekarang mushala. Andai kata setengah bulan lalu saya tidak memotret dan memvideokannya, pastilah saya tak sadar kalau telah terjadi perubahan.

Oke, oke. Tampaknya warga Yogyakarta harus sigap memotret atau memvideo apa pun yang dijumpai. Minimal pengalaman saya membuktikan bahwa sebuah tempat sekonyong-konyong bisa berubah nama dalam waktu singkat.

Memang sih, nama Mushola Setjodiningrat lebih punya keterkaitan dengan lokasinya. Lebih menggambarkan kandungan kesejarahan Kampoeng Ketandan, yang merupakan lokasi Teras Malioboro 2.

Hanya saja, apa sebelumnya fakta sejarah itu tidak diingat? Sehingga tidak dijadikan pertimbangan untuk memberikan nama tempat ibadah umat Islam itu? Jika memang kelupaan, sembrono sekali pihak penanggungjawabnya. Kok tampak tidak serius begitu dalam bekerja?

Apa boleh buat? Dalam hal-hal tertentu yang kurang urgen bagi khalayak luas, Kota Yogyakarta saya rasakan kerap sangat cepat dinamikanya. Kalau untuk yang urgen malah cenderung pelan-pelan pembenahannya dan .... tidak terasa berdinamika.

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun