Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Sepotong Cerita dari Lokasi Baru Teras Malioboro 2

14 Januari 2025   21:40 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:51 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid di Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)

Terpantik oleh ribut-ribut seputar perpindahan para pedagang di Teras Malioboro 2 ke lokasi baru, kemarin saya meluangkan diri untuk ke "TKP". Saya ingin tahu cenderung penasaran. Sesungguhnya kondisi lokasi baru Teras Malioboro 2 bagaimana?

Berdasarkan berita daring yang saya baca, penyebab kericuhan terutama dalam hal pengundian lapak. Konon ada beberapa pedagang yang diistimewakan.

Secara resmi penempatan lapak sesuai dengan nomor undian yang didapat oleh masing-masing pedagang. Namun ada rumor, beberapa pedagang diberi lapak yang lokasinya strategis. Yang berpotensi dikunjungi banyak pembeli.

Entahlah. Rumor tersebut faktual atau sekadar rumor. Sebagai rakjel alias rakyat jelata, saya justru menjadi penasaran dengan tempatnya.

Ada apa dengan Teras Malioboro 2? Bagaimana kondisi sesungguhnya sehingga para pedagang rebutan lokasi lapak? Mengapa pula ada berbagai keluhan?

Sebagai informasi, lokasi lama Teras Malioboro 2 berada di sebelah utara Kantor DPRD DIY. Adapun lokasi barunya bergeser lebih ke selatan. Terletak di Kawasan Ketandan. Bisa diakses dari Malioboro, yaitu dari pintu utama yang berada di sebelah kiri (selatan) Ramayana Departement Store.

Meja Informasi Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Meja Informasi Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Pintu masuk utama Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Pintu masuk utama Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)

Harus diakui bahwa Teras Malioboro 2 yang baru lebih mewah. Penataannya lumayan instagramable. Di halamannya ada air mancur sehingga terasa menyegarkan. Terutama tatkala cuaca sedang panas.

Air mancur di halaman Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Air mancur di halaman Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)

Fasilitas yang tersedia bisa dikatakan komplet. Antara lain ada masjid, klinik, ATM center, Ruang Laktasi, dan pastinya beberapa toilet untuk laki-laki dan perempuan.

Akan tetapi, sejauh pengamatan saya masih ada yang kurang. Mulai dari pintu utama, gerbang samping, hingga ujung ke ujung area Teras Malioboro 2, saya tidak melihat rambu-rambu yang menandakan bahwa di situ ramah disabilitas.

Semoga mata saya saja yang siwer. Andai kata memang tidak ada fasilitas untuk disabilitas, semoga pihak pengelola segera menyadari. Kemudian menindaklanjuti dengan menambahkannya.

Masjid di Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Masjid di Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Ruang laktasi dan toilet perempuan (Dokpri Agustina)
Ruang laktasi dan toilet perempuan (Dokpri Agustina)

Kebetulan saya datang ke Teras Malioboro 2 bersamaan dengan rombongan dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Bahkan, pakaian saya dan kawan saya senada dengan dresscode mereka. Inilah yang menaikkan kepercayaan diri kami untuk jeprat-jepret tiap sudut yang ada.

Kami berpura-pura menjadi anggota tim dokumentasi. Saat berpapasan dengan Ibu Kepala Dinasnya, kami tersenyum dan mengangguk hormat. Beliau membalas senyum dan salam hormat kami, tetapi dengan ekspresi sedikit bingung. Tampaknya berusaha mengingat-ingat, ini anak buahku yang bertugas di bagian mana ya?

Di berita daring saya baca tentang keluhan sebagian pedagang terkait dengan sempitnya jatah lapak. Mereka mengatakan bahwa ukurannya tidak jauh beda dengan yang lama. Hanya saja, di Teras Malioboro 2 ada tambahan meja. Meja itulah yang bikin sempit.

O la la! Maksud pengelola pastilah baik. Menyediakan meja sekalian di lapak yang tersedia. Namun, rupanya pedagang punya konsep berbeda untuk menata lapaknya. Sebab konsep yang berbeda, otomatis kebutuhannya berbeda.

Di situlah titik singgungnya. Pengelola merasa telah memperhatikan, sedangkan pedagang merasa diabaikan kebutuhannya. Tidak nyambung.

Apesnya, banyak hal serupa terjadi dalam berbagai urusan. Ya sudah. Selama tidak ada perbaikan komunikasi dari masing-masing pihak, saling kesal akan selalu ada. Tidak bakalan ada solusi.

Lokasi untuk kuliner lesehan (Dokpri Agustina)
Lokasi untuk kuliner lesehan (Dokpri Agustina)
Lapak aksesoris dan tas yang sudah mulai buka (Dokpri Agustina)
Lapak aksesoris dan tas yang sudah mulai buka (Dokpri Agustina)

Demikianlah adanya.Tempat yang estetik dan representatif tidak serta-merta bikin pedagang nyaman berjualan. Faktanya begitu. Terlebih kalau lokasinya tidak strategis sehingga tidak berpotensi menghasilkan banyak pembeli. Buat apa berjualan di tempat representatif kalau tak punya omset penjualan yang cukup?

Dari berita daring pula saya memperoleh informasi bahwa kondisi Teras Malioboro 2 masih berdebu. Proyek pembangunan di situ belum selesai semua.  Itulah sebabnya pedagang enggan segera direlokasi.

Benar saja. Ketika di lokasi saya lihat debu memang lumayan eksis. Terutama tampak di meja-meja jualan yang belum tersentuh. Kalau yang sudah mulai dipakai, pastilah sudah dibersihkan debunya. Sebagai gambaran, silakan Anda cermati foto berikut.

Meja-meja berdebu yang belum dipergunakan (Dokpri Agustina)
Meja-meja berdebu yang belum dipergunakan (Dokpri Agustina)

Tentu saja debu-debu itu amat mengganggu kenyamanan, baik kenyamanan penjual maupun pembeli. Terlebih untuk berjualan makanan dan minuman. Jadi selama proyek pembangunan belum tuntas, lokasi baru Teras Malioboro 2 belum kondusif bagi usaha kuliner.

Mau tidak mau mesti libur dulu jualannya. Kalaupun nekad berjualan, pembeli pasti pikir-pikir panjang jika hendak makan di situ. Sementara libur berjualan sama dengan menganggur. Apa boleh buat?

Semoga pedagang di Teras Malioboro 2 tidak dipindah-pindah lagi. Kasihan mereka. Baru sekitar 3 tahun lalu boyongan ke Teras Malioboro 2 lokasi lama, sekarang mesti boyongan lagi ke lokasi baru. Sementara pindahan itu. melelahkan. Sangat butuh tenaga dan waktu.

Pindahan kos saja repot, apalagi pindahan lokasi berjualan. Selain repot mengangkut barang-barang, repot pula menata ulang dagangan sesuai dengan kondisi terkini. Belum lagi adanya risiko kehilangan pelanggan. Istilahnya harus memulai lagi dari nol, baik dalam hal kenyamanan maupun mencari pelanggan.

Tak jarang ada wisatawan yang berulang kali berkunjung ke Malioboro. Entah dia berkunjung secara pribadi atau sebagai tour leader, kalau sudah merasa cocok dengan suatu tempat untuk berbelanja oleh-oleh bakalan balik lagi. Nah. 'Kan bisa kehilangan jejak jika lapak pedagang langganannya berpindah-pindah.

Perlu diketahui, para pedagang di Teras Malioboro 2 dahulu berjualan di sepanjang trotoar Malioboro. Kemudian saat ada kebijakan pengosongan trotoar dari pedagang kaki lima, mereka termasuk ke dalam golongan yang dipindahkan ke Teras Malioboro 2. Yang sekarang ternyata dipindahkan lagi ke lokasi baru.

Ngomong-ngomong, Teras Malioboro 2 bisa diakses pula dari gerbang samping. Dari arah utara. Anda cari saja gapura Kampoeng Ketandan yang berada di samping Ramayana Departement Store. Kemudian silakan susuri gang itu beberapa meter.

Jika telah ketemu dengan gapura yang bentuknya serupa dengan gapura Kampoeng Ketandan yang letaknya di kanan jalan, berarti Anda sudah sampai. Silakan langsung masuk ke area Teras Malioboro 2.

Gerbang sisi utara Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Gerbang sisi utara Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Jadi, bagaimana? Anda penasaran juga atau tidak dengan lokasi baru Teras Malioboro 2?

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun