Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mari Ngopi dan Makan Roti di Kedai Djoen Malioboro Yogyakarta

5 Januari 2025   15:12 Diperbarui: 6 Januari 2025   12:52 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roti sobek Toko Roti Djoen Lama (Dokumentasi Pribadi Agustina)

Halo, rekan Kompasianers sekalian. Kali ini saya kembali membawa cerita dari Yogyakarta. Terkhusus dari kawasan Malioboro. Anda tentu mafhum jika selalu ada cerita dari Yogyakarta 'kan?

Lalu, cerita tentang apakah yang hendak saya sampaikan sekarang? Tak lain dan tak bukan, itulah cerita tentang Kedai Djoen Coffee & Resto, yakni sebuah tempat ngopi bernuansa tempo doeloe yang berlokasi di kawasan Malioboro.

Apakah itu tempat nongkrong baru? Kalau sebagai tempat ngopi dan resto, jawabannya iya. Namun, tidak demikian halnya bila dirunut dari bentuk lamanya sebagai toko roti.

Perubahan nama toko (Dokumentasi Pribadi Agustina)
Perubahan nama toko (Dokumentasi Pribadi Agustina)

Perlu diketahui, Kedai Djoen merupakan metamorfosis dari Toko Roti Djoen Lama. Adapun toko roti tersebut berdiri sejak tahun 1935. Yang berarti tahun ini telah mencapai usia 90 tahun.

Tentu saja dalam rentang usia sepanjang itu, Toko Roti Djoen Lama telah mengalami pasang-surut. Pernah berada di puncak kejayaan selama era Orde Baru. Kemudian setelah tahun 2000 perlahan-lahan meredup. Sampai cuma tersisa 3 pegawai dari yang semula banyak.

Makin lama makin redup seiring dengan bermunculannya bakery modern. Apa boleh buat? Waktu memang tak bisa dilawan. Selera zaman bagaimanapun berubah. Citarasa roti produk Toko Roti Djoen Lama kurang cocok di lidah generasi masa kini.

Roti sobek Toko Roti Djoen Lama (Dokumentasi Pribadi Agustina)
Roti sobek Toko Roti Djoen Lama (Dokumentasi Pribadi Agustina)

Secara alamiah, pelanggan lama tentu kian berkurang. Sebagian pasti sudah meninggal dunia. Sebagian yang masih hidup tak sanggup lagi bepergian untuk beli roti. Meskipun ada anak cucu mereka yang mungkin berbelanja roti dengan alasan rindu dan kenangan manis, jumlahnya tak banyak.

Sementara Toko Roti Djoen Lama yang ingin bertahan dengan resep roti zadoel, tentu tak bisa bertahan cuma dengan kenangan. Strategi mengurangi jumlah produksi tak segampang membalikkan telapak tangan. Terlebih lebih biaya operasionalnya mahal.

Toko roti tersebut masih mempergunakan oven batu yang berukuran besar. Yang hasilnya tak bagus kalau memproduksi roti dalam skala kecil. Sebuah situasi yang dilematis.

Roti buaya Toko Roti Djoen Lama siap dioven (Dokumentasi Pribadi Agustina)
Roti buaya Toko Roti Djoen Lama siap dioven (Dokumentasi Pribadi Agustina)
Roti manis Toko Roti Djoen Lama siap dioven (Dokumentasi Pribadi Agustina)
Roti manis Toko Roti Djoen Lama siap dioven (Dokumentasi Pribadi Agustina)

Oleh sebab itu, butuh terobosan dan strategi jitu untuk bertahan. Beruntunglah Toko Roti Djoen Lama kemudian dikelola oleh salah seorang pewarisnya yang berusia muda. Yang cakap menangkap peluang bagus berdasarkan segenap modal yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun