Kemarin pagi saya janjian dengan seorang teman untuk PPJ (Pura Pura Jogging) awal tahun. Kami sepakat bertemu di sekitar perempatan Titik Nol. Tepatnya di trotoar depan Bioskop Museum Sonobudoyo.
Biasalah. Itu merupakan rutinitas tahunan yang telah kami lakukan sejak beberapa tahun silam. Rute PPJ awal tahun kami berganti-ganti, tetapi based on Malioboro dan sekitarnya.
Mengapa begitu? Sebab Kawasan Malioboro menjadi salah satu pusat keramaian pada saat malam pergantian tahun. Jadi, kami antusias memantau kondisi kebersihannya; seberapa dahsyat tumpukan sampah yang dihasilkan pesta semalam?
Apakah kami petugas dinas terkait? Sama sekali bukan. Saya dan teman saya hanyalah rakyat jelata. Kami sekadar penasaran, lalu merasa kesal setelah tahu. Hehe ...
Betapa tidak kesal kalau dari tahun ke tahun, sampah tahun baru tak pernah menyusut. Malah sepertinya makin banyak, seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang ikut merayakan pergantian tahun.
Manusia memang penghasil sampah. Tak bisa 100% stop memproduksi sampah. Yang wajib dilakukan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menghasilkan sampah.
Yang tak kalah penting, kalau sudah menghasilkan sampah tolong bertanggung jawab. Jangan tinggalkan sampah begitu saja di jalanan.
Musnahkan pikiran bahwa bakalan ada petugas kebersihan yang mengurus. Mana bisa begitu? Sampah kita adalah tanggung jawab kita masing-masing.
Dari tahun ke tahun, kami melakukan PPJ awal tahun pada waktu yang sama. Kurang lebih pada pukul setengah enam atau pukul enam WIB. Nah! Selama itu pula kami menjadi saksi bahwa petugas kebersihan kota makin sigap membereskan sampah tahun baru.
Dahulu saat melakukan PPJ awal tahun, kami masih melihat petugas kebersihan beraksi. Kini tidak lagi. Rupanya begitu orang-orang yang berpesta kembang api pulang, petugas kebersihan langsung beberes. Alhasil saat sang surya terbit, kota sudah bersih.
Kemarin dari Titik Nol hingga Malioboro, tong-tong sampah mayoritas kosong. Namun, ada sedikit gunungan sampah di tepi trotoar. Mungkin sedang menunggu giliran diangkut.
Selain sampah, sudah pasti kami melihat orang-orang dengan segala aktivitas masing-masing. Ada wisatawan yang sibuk pepotoan. Ada pula yang fokus menikmati suasana Malioboro.
Ada sekelompok bapak dan kakek bersepeda ria. Tampaknya mereka dari komunitas pecinta sepeda kuno. Kebetulan mereka rehat tak jauh dari tempat saya nongkrong. Saya kemudian menyeberangi jalan dan menyaksikan sepeda mereka yang keren-keren.
Yang menjadi pertanyaan, di mana para pemuda? Apa anggota komunitas mereka memang lansia semua? Atau sebetulnya ada yang muda, tapi yang muda-muda tak ikut gowes sebab semalam usai begadang? Entahlah.
Namun, ada sekelompok kaum muda yang bikin saya angkat topi. Mayoritas laki-laki dan sebagian kecil perempuan. Aktivitas yang mereka lakukan adalah jogging. Betulan jogging. Bukan berpura-pura jogging seperti kami.
Sejak berjalan dari Titik Nol hingga nongkrong di Jalan Malioboro, saya memang melihat para pelari beraksi. Saya tidak tahu di mana garis start dan garis finish mereka. Entah dalam rangka apa?
Kalau ditilik dari pakaian mereka yang beraneka rupa dan tanpa ada nomor punggung-nomor dada, bisa jadi itu bukan lomba. Saya duga itu sebentuk selebrasi dalam rangka menyambut Tahun Baru 2025.
Keren juga mereka. Pilih bangun Subuh dan kemudian berlari untuk menikmati hari pertama di tahun yang baru. Sementara banyak orang terkhusus kaum muda, yang malamnya begadang demi pesta pergantian tahun.
Rasanya sulit membayangkan kalau mereka yang berlari itu malam sebelumnya juga begadang. Apa tidak mengantuk dan mager?
Demikianlah adanya. Kegiatan orang-orang di kawasan Malioboro pada tanggal 1 Januari pagi, rupanya tak kalah seru dari pesta malam pergantian tahun. Bahkan, jauh lebih seru sebab bermacam-macam. Tidak cuma menyalakan kembang api.
Salam .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H