Hari-hari belakangan ini Yogyakarta makin ramai. Biasalah. Rutinitas tahunan. Tiap kali tiba masa liburan memang begini. Mau libur Lebaran, libur sekolah, libur Natal dan tahun baru, sama ramainya.
Sesungguhnya tiap akhir pekan kota tempat tinggal saya itu juga ramai. Lebih ramai daripada hari-hari kerja. Namun, tingkat keramaian melonjak drastis saat memasuki aneka macam masa liburan.
Begitulah adanya. Karena berdomisili di kawasan Titik Nol Yogyakarta, saya sangat merasakan adanya kenaikan tingkat keramaian tersebut. Indikasinya jelas. Bus-bus raksasa hilir mudik di jalanan sehingga bikin saya takut menyeberang.
Tidak mengherankan jikalau kawasan tersebut mendapat julukan "neraka kemacetan tatkala liburan". Betapa tidak? Malioboro dan Titik Nol Yogyakarta masih menjadi magnet. Jadi, wisatawan masih relatif tumplek blek di situ.
Baiklah, baiklah. Selamat datang di Yogyakarta. Selamat menikmati apa pun yang ingin Anda nikmati di kota yang konon berhati nyaman ini.
Namun, pernahkah Anda mempertanyakan kondisi warga Yogyakarta tatkala kota mereka diserbu wisatawan? Bagaimana perasaan mereka selaku tuan rumah? Apa yang mereka lakukan selama hari-hari libur penuh kemacetan itu?
Baiklah. Walaupun kemungkinan besar Anda tidak peduli dan tidak ingin mempertanyakannya, melalui tulisan ini saya bersikeras untuk memberitahukannya.
Begini. Ada 5 hal yang dilakukan orang Yogyakarta manakala wisatawan memenuhi kotanya.
PERTAMA, tetap bekerja dan malah lebih sibuk daripada biasanya.