Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dalam Penyediaan Toilet Sekolah, Dahulu Pemerintah Kolonial Belanda Ternyata Sudah Oke

20 Desember 2024   10:59 Diperbarui: 20 Desember 2024   11:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deretan toilet sekolah warisan pemerintah kolonial Belanda (Dokpri Agustina)

Toilet sekolah adalah cerminan tingkat keberadaban sebuah sekolah. Apalah arti ruangan kelas dan kantor guru yang mentereng, jika kondisi toiletnya kumuh? Ibarat berdandan dengan tatarias komplet, tetapi belum mandi seminggu.

Melalui toilet yang bersih dan nyaman, siswa ditempa untuk membudayakan kebersihan diri dan lingkungan. Oleh karena itu, seluruh warga sekolah berkewajiban menjaga kebersihannya. Tanpa terkecuali.

Konyolnya, selama menjadi orang tua/wali murid saya tidak pernah menjadikan toilet sekolah sebagai poin pertimbangan dalam memilih sekolah. Bolehlah dikatakan bahwa itu merupakan sebuah kelalaian.

Akan tetapi setelah saya pikir-pikir sekarang, sembari menyelesaikan tulisan ini, kelalaian tersebut patut saya syukuri. Allah Yang Mahatahu tentu sangat paham kondisi saya, hamba-Nya yang penuh keterbatasan dalam hal transportasi.

Jika radar untuk meneliti toilet sekolah menyala sejak awal, tatkala hendak mendaftarkan anak ke sebuah sekolah, pastilah saya akan kerepotan sendiri. Betapa tidak?

Jika ternyata toilet di sekolah yang hendak kami daftari itu menyedihkan tingkat kebersihannya, otomatis saya terbelenggu dilema. Galau tingkat dewa. Tetap lanjut mendaftar atau ganti sekolah?

Maunya cari sekolah yang punya toilet bersih, tetapi sekolah yang dekat rumah kok toiletnya menyedihkan? Sementara kalau jarak sekolah terlalu jauh dari rumah, pulang dan berangkatnya sudah merupakan kendala tersendiri bagi anak.

Syukurlah sejak anak masuk TK hingga SMK semua toilet di sekolahnya relatif bersih. Hanya saja sewaktu di SMP dan SMK, terkait dengan bangunan sekolahnya yang berstatus sebagai CB (Cagar Budaya) saya punya kecemasan yang lain.

Status CB itu menunjukkan bahwa bangunannya heritage. Yang berarti bangunan zadoel. Eksis sejak era kolonial Belanda. Yang biasanya diselimuti kisah-kisah horor terkait  penampakan hantu noni Belanda.

Terlepas dari benar atau tidaknya, saya memilih bersikap antisipasif. Selama anak saya SMP dan SMK, tiap kali berangkat sekolah saya berpesan kepadanya, "Hati-hati di jalan. Doa dulu. Di sekolah jangan melamun. Kalau masuk kamar mandi jangan sampai kosong pikiran. Harus baca doa dulu yang serius. Jangan lama-lama juga di dalam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun