Foto di atas sudah sangat menjelaskan jika saya ditanya, "Apa masakan berempah kesukaanmu?"
Begitulah faktanya. Saya memang sangat menggemari masakan padang. Apa pun jenisnya kecuali yang mengandung jengkol dan pete.
Sejak pertama kali mencicipi masakan padang puluhan tahun silam, saya sudah langsung jatuh cinta pada cecapan pertama. Tatkala itu saya beli seporsi nasi berlauk rendang di Rumah Makan Padang Andalas. Harganya saya lupa, tetapi kemungkinan besar antara Rp1.000,00-Rp1.200,00.
Tentu saja saya tidak asal mengarang angka. Perlu, perkiraan harga tersebut berdasarkan ingatan saya mengenai harga seporsi nasi padang berlauk telur dan ikan bandeng. Yang berlauk telur Rp500,00. Yang berlauk ikan Rp800,00. Ngeri sekali harganya 'kan? Tidak masuk akal bila dibandingkan dengan harga-harga masakan berempah di warung makan padang zaman now.
Lidah Jawa pantura saya ternyata sukses menjadi bestie abadi masakan berempah ala urang awak. Sejak cicipan pertama puluhan tahun silam hingga kini. Sama sekali tak berubah.
Saya kemudian bahkan antusias berkawan dengan teman-teman dari Sumatera Barat. Tidak paham juga apa alasan utamanya. Yang jelas antusiasme saya demikian besar. Saya pun sampai berkeinginan untuk tinggal di Bukittinggi. Sampai segitunya, lho. Mungkin dalam pikiran bawah sadar saya, bakalan makin mudah mengakses masakan berempah ala urang awak jika menjadi warga Sumatera Barat.
Sayang sekali semesta tidak mendukung. Belum pernah kaki ini menginjak bumi Minangkabau hingga sekarang. Apa boleh boleh? Raga saya belum bisa menjelajahi ranah Minang. Namun, jangan tanya berapa jumlah warung padang yang telah saya jelajahi.
Mohon jangan berpikiran bahwa saya pada akhirnya belajar memasak makanan padang. Silakan buang jauh-jauh pikiran tersebut. Mengapa? Sebab saya hobi mengonsumsi makanannya. Bukan memproduksinya.
Bumbu dan proses penyiapan masakan berempah ala urang awak terlalu rumit bagi saya. Tidak cocok dipersiapkan oleh saya yang tak punya dapur serius. Ketimbang nekad coba-coba bikin masakan berempah dan berujung jadi sampah sebab citarasanya tak jelas, lebih baik beli matang saja.
Apakah saya tak pernah memasak sama sekali? Tentu pernah. Tiap hari kompor listrik saya tetap berfungsi. Sesekali tidak cuma untuk memasak air, lho. Saya pun memiliki stok rempah-rempah meskipun sangat minimalis. Rempah-rempah yang rutin tersedia di rumah adalah bawang putih, kemiri, dan merica/lada bubuk.
Hanya itukah? Iya, hanya itu. Meskipun cuma tiga, sudah mumpuni sebagai andalan untuk memasak sop dan orak-arik.