Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semua Bermula dari Mata Song Hye Kyo dan Kecemburuan Saya

24 November 2024   16:27 Diperbarui: 24 November 2024   16:28 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Matamu cantik seperti mata Song Hye Kyo."  Tanpa basa-basi Oppa X memuji teman yang baru saja saya perkenalkan dengannya.

"Heh? Siapa dia?" Saya dan teman saya serempak bertanya.

"Dia aktris Korea. Masih muda dan sangat terkenal."

Oppa X mengatakan semuanya dalam bahasa Indonesia. Meskipun masih terpatah-patah, itungannya sudah lancar. Sebagai tutor bahasa Indonesianya saya tentu bangga dan lega. Namun sebagai orang yang selalu membersamainya selama belajar di UGM, saya cemburu.

Bisa-bisanya memuji orang lain yang baru pertama kali dijumpai, tepat di depan hidung saya yang memperkenalkan. Ckckck! Yang bikin saya tak bisa menerima adalah perawakan teman yang dipuji itu. Dia hitam manis dan berwajah Jawa. Sama sekali tak ada semburat Korea-Koreanya. Matanya tidak sipit. Kok bisa disamakan dengan Song Hye Kyo?

Sudah pasti saya menjadi amat penasaran dengan sosok Song Hye Kyo. Jika pujian itu dilontarkan pada zaman now, saya tinggal googling atau buka Tiktok. Karena tatkala itu era 90-an dan internet belum memasyarakat, rasa penasaran tak tertuntaskan. Malah akhirnya terabaikan hingga puluhan tahun kemudian.

Sampai Oppa X kembali ke Korea. Sampai saya bekerja, menikah, dan punya anak. Bahkan sampai anak saya berusia 9 tahun dan mulai tergila-gila pada grup musik Girl's Generation (SNSD), saya masih melupakan Song Hye Kyo.

Saya pun tak sadar kalau anak saya terkena Hallyu (Gelombang Korea) jalur musik. Absurd sekali 'kan? Sementara faktanya, sesekali saya ikut membaca kabar-kabar tentang SNSD di tabloid/majalah yang dipinjam anak dari temannya.

Anak saya punya poster-poster juga. Membelinya dengan uang saku yang dikumpulkan. Saya pikir-pikir, upayanya luar biasa untuk ukuran anak SD. Sekuat itu ternyata cengkeraman K-Pop kepada si bocah.

Lambat-laun dia ikutan belajar bahasa Korea juga. Itu kejutan bagi saya. Kok bisa tahu Hangul segala dari mana? Usut punya usut, dia belajar dari anak tetangga yang sudah SMP.

Namun, anak saya gantian terkejut ketika suatu hari saya iseng menuliskan nama kami dalam huruf Korea. "Kok Bunda tahu bahasa Korea?"

Dalam hati saya merespons, "Tentu saja tahu, Nak. Walaupun memperoleh nilai terendah di kelas, dulu Bundamu pernah ambil makul bahasa Korea. Tujuannya untuk mendapatkan akses menonton film-film yang videonya tersimpan di Pusat Studi Korea UGM.

Konyolnya, sampai sejauh itu saya belum juga sadar akan kedahsyatan Hallyu. Pekerjaan menulislah yang menyadarkan saya akan adanya Hallyu (Gelombang Korea).

Suatu hari seorang kenalan yang punya penerbitan menelepon. Memberikan tawaran, jika berkenan saya disuruh menulis buku tentang K-Pop. Temanya kisah unik dari boy band dan girl band Korea.

Tanpa berpikir panjang saya menyanggupi. Meskipun relatif buta dengan K-Pop, masih butuh banyak referensi, saya yakin bakalan dapat menulis dengan baik. Merasa punya bekal dari ikutan baca-baca majalah yang dipinjam anak. Alhamdulillah hasil akhirnya sebagaimana yang bisa dilihat pada foto berikut ini.

Buku Saya tentang K-Pop(Dokpri Agustina)
Buku Saya tentang K-Pop(Dokpri Agustina)

Tentu saja selepas menulis buku dengan nama pena Octavia Pramono itu, wawasan saya tentang Hallyu bertambah. Tidak terbatas pada jalur musik belaka. Saya pun baru merasakan kedahsyatan Hallyu. Entahlah ke mana saja saya sebelumnya.

Akan tetapi, lagi-lagi sampai sejauh itu saya masih melupakan Song Hye Kyo. Saya baru kembali teringat kepadanya ketika orang-orang ramai membahas Descendants of the Sun. Anak saya pun sudah hampir lulus SMP. Ckckck! Sampai selama itu rupanya. Sejak Song Hye Kyo muda belia hingga menjadi perempuan dewasa.

Capture postingan Instagram terbaru Song Hye Kyo
Capture postingan Instagram terbaru Song Hye Kyo

Tentu saja saya kemudian menonton Descendants of the Sun. Tak lain dan tak bukan, penyebabnya adalah Song Hye Kyo. Rasa penasaran puluhan tahun silam harus dituntaskan.

Setelah saya cermati matanya baik-baik, kesimpulan saya tetap. Mata teman saya yang hitam manis itu sama sekali tak punya kemiripan dengan mata Song Hye Kyo. Entahlah kenyataannya bagaimana. Yang jelas saya merasa menilai dengan objektif. Bukan didasari rasa cemburu.

Terusterang saya terlambat menonton Descendants of the Sun. Tidak pada saat sedang booming. Bahkan, saya menontonnya ketika pernikahan Song Hye Kyo dengan Song Joong Ki (lawan mainnya dalam Descendants of the Sun) telah berakhir. Namun, bukankah lebih baik terlambat daripada tidak menonton sama sekali? KLife saya memang agak lain.

Rupanya setelah menonton beberapa K-Drama lain, hati ini tetap paling terpikat pada Descendants of the Sun. Mungkin karena faktor Song Hye Kyo. Atau, K-Drama yang saya tonton baru sedikit dan itu pun kualitasnya di bawah Descendants of the Sun.

Duh! Siapalah saya ini kok berani-beraninya bicara kualitas. Menontonnya saja telat. Maaf, maaf. Kiranya lebih elok kalau dikatakan bahwa Descendants of the Sun sukses bikin saya terpikat berat sebab faktor Song Hye Kyo.

Begitulah faktanya. Saya sudah mengenal Song Hye Kyo, sang pemeran utama Descendants of the Sun, jauh sebelum serial itu diproduksi. Keindahan matanya bahkan sempat menjadi pemantik kecemburuan saya. Yang sekaligus menyadarkan bahwa saya mulai jatuh hati kepada Oppa X.

Sebetulnya tidak ada yang salah kalau saya jatuh hati. Saya dan Oppa X sama-sama belum berpasangan. Akan tetapi, sejak awal menjadi tutornya saya bertekad profesional. Jangan sampai melibatkan hati karena ujungnya pasti, yaitu akan berpisah.

Realistis sajalah. Ada perbedaan budaya, pola pikir, dan terutama beda "server". Bakalan melehkan kalau memaksakan diri terhanyut dalam romansa cinlok serupa itu. Tahu sendirilah. Kalau sudah beda server, temboknya pasti tinggi dan kokoh. Sementara saya bukan tipe pejuang cinta.  

Apa boleh buat? Korean Wave makes me remember my lovely Korean friend. Entah di mana dan bagaimana kabarnya sekarang. Mungkinkah ada yang bisa memperjumpakan kami lagi gara-gara tulisan ini? Telah lama sekali kami putus kontak. Namun, ingatan saya tentangnya mengabadi dalam sehelai danpung yang diberikannya sesaat sebelum dia terbang ke Seoul.

Danpung dari Oppa X (Dokpri Agustina)
Danpung dari Oppa X (Dokpri Agustina)
Jangan membayangkan yang aneh-aneh. Saya sangat ingin berjumpa dengannya lagi demi bisa mengatakan, "Kamu benar. Korea sekarang sudah berhasil menguasai dunia. Seperti katamu dulu."

Puluhan tahun silam Oppa X sesumbar begini. Di masa depan kebudayaan Korea akan menguasai dunia. Kami telah merencanakannya. Tatkala itu saya tertawa-tawa saja mendengarnya. Tidak berpikiran bahwa perkataannya serius.

Ternyata saya salah sangka. Perkataan Oppa X dulu itu serius. Bukan cuma gurauan. Hallyu atau Korean Wave yang melanda dunia bukanlah terjadi secara kebetulan sebab suatu momentum. Semua memang telah direncanakan detil di segala lini.

Hasilnya? Seperti yang kita lihat (nikmati) sekarang. Tak terbantahkan sama sekali kalau sekarang banyak orang dari pelbagai kalangan akrab dengan hal-hal berbau Korea. Sampai-sampai selera makan generasi muda pun terbentuk ke-Korea-Korea-an.

Pada akhirnya sebagai generasi X saya bertanya-tanya, "Bisakah kita menirunya? Terkhusus dalam hal produksi K-Drama. 'Kan asyik kalau penduduk dunia gantian tersihir kisah romantis dari Indonesia?"

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun