Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mencari Hening di Kampung sang Pencerah

18 November 2024   22:08 Diperbarui: 18 November 2024   22:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Siapa pun tahu kalau Kawasan Malioboro berikut Titik Nol Yogyakarta merupakan area bising. Lalu-lalang kendaraan tiada pernah putus. Kecuali jalan memang sedang ditutup untuk keperluan sebuah acara. Misalnya tengah berlangsung demonstrasi atau sedang ada acara budaya.

Pendek kata, kawasan tersebut justru aneh bila sepi-sepi saja. Maklumlah, ya. Sebutannya saja neraka kemacetan tatkala liburan. Kalau liburan sudah pasti jalanan dijejali bus-bus besar. Susah sekali kalau mau menyeberang jalan.

Namun, tahukah Anda kalau ada sebuah kampung yang tenang dan hening di sekitar situ? Berjarak cuma sepelemparan batu dari perempatan Titik Nol. Tepatnya di sebelah barat perempatan, di sisi selatan Jalan K. H. A. Dahlan. Salah satu gerbang masuk ke kampung tersebut berseberangan dengan RS PKU Muhammadiyah.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Tak salah lagi. Itulah Kampung Kauman Yogyakarta. Sebuah kampung tua dan bersejarah yang menjadi saksi kelahiran Kiai Haji Ahmad Dahlan. Pun, saksi kelahiran organisasi kemasyarakatan yang beliau dirikan: Muhammadiyah.

Perlu diketahui, penyebutan Kampung Kauman dalam tulisan ini merujuk pada Kampung Kauman yang berada di Kalurahan Ngupasan Kemantren Gondomanan. Bukan Kauman yang di Kemantren Pakualaman.

Ngomong-ngomong selain melalui gerbang di seberang RS PKU Muhammadiyah, Anda bisa masuk Kauman dari Gerbang Pasar Sore Ramadan. Gerbang yang ini mudah sekali dicari karena terletak persis di sebelah kanan mural Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Apakah cuma ada 2 gerbang untuk masuk Kampung Kauman? Tentu saja tidak. Kampung Muhammadiyah ini sebetulnya dapat diakses dari berbagai arah. Dari utara, timur, selatan, dan barat.

Gerbang-gerbang yang saya jelaskan tadi merupakan akses dari utara. Yang dari barat bisa masuk melalui gerbang yang bertuliskan "RW 13". Yang dari selatan bisa melalui gerbang di sebelah kiri Naufal Optik. Yang dari timur bisa masuk dari sisi kiri atau sisi kanan Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Lalu, ada apa saja di Kauman? Yang jelas ada ketenangan yang hakiki. Serius. Jika kelak Anda berkesempatan datang ke situ, silakan buktikan adanya ketenangan yang hakiki itu.

Percayalah. Begitu melewati gerbang kampung, terlebih bila masuk dari utara, perbedaan nuansa itu nyata adanya. Kehirukpikukan Jalan K. H. A. Dahlan seketika hilang ditelan keheningan dan ketenangan dalam gang. Anda akan disambut rumah-rumah tua yang artistik.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Sepanjang gang sering lengang. Tak ada seliweran sepeda motor karena sepeda motor memang dilarang dinaiki di kampung ini. Hanya Pak Pos yang diizinkan melenggang motoran. Sementara pada era sekarang, Pak Pos tak sesering dulu dalam mengantar surat/paket. Oleh karena itu, anak-anak bahkan bisa bersantai di jalan kampung.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Anda tak perlu khawatir tersesat kalau blusukan di Kauman. Tetap saja melangkah walaupun tak tahu arah. Tak usah cemas jika berada di lorong yang sempit. Jalan terus saja. Asalkan tidak berujung buntu, Anda aman untuk melanjutkan perjalanan.

Tak ada anjing di Kampung Muhammadiyah ini. Di mana-mana Anda hanya akan menjumpai kucing. Seingat saya, ayam hidup yang berkeliaran juga tak ada. Kalau ayam goreng di etalase penjual lauk malah ada.

Tersesat seharian di Kauman itu mengasyikkan. Tak bakalan bikin jengkel. Aman pula. Insyaallah tak akan ketemu orang mabuk-mabukan. Di sini dan di sana Anda cuma bakalan terbentur tembok dan tembok.

Warga Kauman pun jarang yang berada di luar rumah. Sebuah situasi yang amat mendukung misi Anda untuk mencari hening 'kan? Plus bikin leluasa untuk berpose apa saja di depan kamera. Tak perlu malu-malu sebab ditonton warga setempat. Namun, tetap bersikap sopanlah. CCTV ada di mana-mana.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Tenang, tenang. CCTV itu sesungguhnya bukan untuk mengawasi pengunjung Kampung Kauman. Tujuan utamanya untuk menjaga keamanan. Beberapa kali ada maling masuk kampung. Antara lain yang pernah diambil sepeda motor warga, yang pada umumnya cuma diparkir di sepanjang jalan kampung.

Jika dipikir-pikir memang wajar kalau maling hobi cari mangsa di Kauman. Suasananya relatif hening. Tak selalu ada warga yang ngejogrok di luar rumah. Yang paling asyik buat maling, mayoritas warga pergi ke masjid/musala ketika waktu salat tiba. It's time to nyolong!

Maling is maling. Tak peduli dengan fakta sejarah yang dimiliki Kampung Kauman. Ketenangan dan keheningan yang ada di situ malah dimanfaatkan dengan cara melenceng. Dianggap sebagai faktor pemulus proses pencurian. Ckckck!

Persoalan maling itu ironis, tetapi lucu. Blusukan ke Kauman alih-alih tercerahkan oleh keteladanan Kiai Haji Ahmad Dahlan, Sang Pencerah, eh malah melakukan perbuatan yang membuat suram perasaan orang. Dasar maling.

Namun, Anda tak perlu khawatir untuk menjelajari labirin Kauman. Warga setempat sudah terlatih mengasah radar, apakah yang datang wisatawan atau serigala berbulu domba. Dengan demikian, Anda bebas menikmati ketenangan yang ditawarkan kampung mereka. Semaksimal yang Anda mau.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun