Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Harapan Paling Serius Kepada (Calon) Walikota Kota Yogyakarta

8 Oktober 2024   07:32 Diperbarui: 8 Oktober 2024   08:03 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tanggal 7 Oktober 2024 kemarin, Kota Yogyakarta merayakan ulang tahun yang ke-268. Seperti biasa, ada banyak acara yang diselenggarakan terkait ulang tahun kota tempat tinggal saya itu. Sudah pasti acara-acaranya meriah.

Walaupun konon perayaan ulang tahunnya sengaja dibikin lebih sederhana, demi menghormati proses pilkada 2024, bagi saya sama saja hebohnya dengan perayaan tahun-tahun lalu. Tetap ada acara ini dan itu yang sangat semarak.

Informasinya gencar di media sosial. Terlebih untuk acara yang bersifat pertunjukan. Misalnya WJNC atau Wayang Jogja Carnival Night yang pelaksanaannya dipusatkan di kawasan Tugu Yogyakarta. Mulai sore hingga malam.

Terusterang saya termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tidak berminat untuk menghadiri WJCN. Kalau ingin menonton keseruannya memilih lewat medsos saja. Entah melalui postingan warganet, entah melalui postingan akun resmi instansi terkait.

Saya memang tidak terlalu suka keramaian yang heboh. Sesekali berada di tengah keramaian masih okelah. Namun, saya tidak senang bila itu terjadi berturut-turut. Terlebih pada tahun-tahun belakangan ini. Bila ada keramaian saya serta-merta terbayang-bayang tumpukan sampah yang bakalan dihasilkannya.

Mungkin ini terdengar berlebihan bagi Anda yang tidak berdomisili di Kota Yogyakarta. Kurang relate. Namun, bila Anda tetangga saya pasti akan tertawa-tawa getir. Betapa tidak? Jumlah iuran bulanan untuk pengelolaan sampah naik. Akan tetapi, penggerobak sampah tidak bisa memastikan kapan dia akan mengangkut sampah-sampah kami. Dahulu dia rutin datang 3 hari sekali. Sekarang sama sekali tidak dapat dipastikan kapan datangnya.

Pernah ada masa, sampah di kampung kami menumpuk. Merana gara-gara kelamaan menunggu diangkut penggerobak yang tak kunjung datang. Bukan sebab penggerobaknya malas, melainkan sebab kondisi. TPS-nya yang kadangkala tidak buka.

Semua warga Kota Yogyakarta pasti sudah tahu sama tahu mengenai tumpukan sampah ini. Yang sedari dulu sampai sekarang masih di antara beres tak beres. Belum sepenuhnya (bisa) dituntaskan.

Apa boleh buat? Terusterang saja saya merasa lelah kalau memperbincangkan sampah di kota tempat saya berdomisili. Orang-orang di seantero kota kami pasti juga begitu.

Alhasil ketiga pasangan calon walikota/wakil walikota Kota Yogyakarta di pilkada 2024, kalaupun sama-sama berjanji membereskan persoalan sampah, tetap saja rasanya kurang bisa dipercaya. Jangan-jangan itu lip service belaka?

Nah. Beranjak dari persoalan inilah saya sangat berharap kepada tiga calon walikota Kota Yogyakarta agar beneran serius menuntaskan masalah sampah, jika kelak terpilih sebagai walikota. Pemerintahan yang baik itu kebijakannya bisa langsung menyentuh keseharian rakyat. Salah satunya kebijakan dalam hal pengelolaan sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun