Sementara di Monumen Batik tertera pengakuan UNESCO terhadap eksistensi batik sebagai warisan dunia. Ini 'kan bisa untuk menambah wawasan para wisatawan. Pun, warga lokal yang kebetulan lewat atau nongkrong di dekat situ.
Perlu diketahui, batik Indonesia diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda sejak tahun 2009. Adapun yang dihargai oleh UNESCO, yang membuatnya diakui sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda itu, bukanlah hasil akhirnya.
Bukan sebab keindahan motifnya saat telah menjadi sehelai kain, melainkan sebab proses pembuatannya. Mulai dari mencanting, mewarnai, hingga melorot. Teknik tradisional dalam memproduksi kain itulah yang mahal nilainya.
Hmm. Apakah Anda telah mengetahui hal itu? Kalau saya sejujurnya baru saja tahu dari radio. Dari wawancara dengan seorang pembatik dari Tarakan, Kalimantan Utara. Langsung saya bagikan di sini supaya Anda yang belum tahu juga jadi tahu.
Oke. Mari balik ke Monumen Batik di perempatan Titik Nol Yogyakarata. Monumen ini dahulu diresmikan oleh Bapak Hery Zuhdianto selaku walikota Kota Yogyakarta. Sebagai simbol bahwa Yogyakarta punya komitmen untuk melestarikan dan menjaga budaya batik.
"Nah. Kalau walikota yang meresmikannya saja Pak Hery, berarti Monumen Batik tersebut memang sudah lama ada. Jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda. Jauh sebelum kamu pepotoan di sini," kata saya kepada kawan saya.
Dia tak menjawab. Cuma ketawa-ketawa dan ujungnya mengajak berswafoto di depan Monumen Batik yang relatif merana kesepian itu.
Selamat Hari Batik Nasional 2024!
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H