Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mana Mungkin Kita Dirindukan oleh Nabi Muhammad SAW?

20 September 2024   14:15 Diperbarui: 20 September 2024   14:16 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Disclaimer:
Penggunaan kata ganti orang pertama jamak "kita" dalam artikel ini tentunya merujuk pada diri saya dan para pembaca yang beragama Islam.

Kita paham sekali bahwa Baginda Rasulullah SAW adalah sosok manusia mulia. Kasih sayangnya tercurah berlimpah ruah untuk umatnya. Perhatian beliau SAW kepada para pengikutnya demikian besar, bahkan hingga jelang kepulangan beliau ke pangkuan-Nya.

Siapa berani membantah bahwa Baginda Rasulullah SAW senantiasa memprioritaskan umatnya? Normalnya tentu tidak ada. Jangankan membantah. Sebatas meragukan kenyataan itu pun tak bakalan ada yang berani. Kita masih menginginkan masuk ke surga-Nya 'kan?

Oleh karena itu, kita berlomba-lomba supaya dicintai oleh kekasih Allah tersebut. Bagaimana caranya?

Cara pertama dan paling utama pastilah taat kepada Allah SWT beserta Nabi-Nya SAW. Plus senantiasa berpegang teguh pada Alquran dan hadist. Tanpa seperangkat ketaatan ini, mana bisa kita dikenali sebagai pengikut Rasulullah SAW?

Alhasil, berangkat dari sinilah kita semua kemudian berjuang untuk mampu menegakkan shalat. Ditambah dengan perjuangan untuk memperbanyak amalan saleh dan selalu bersabar dalam menghadapi cobaan-cobaan kehidupan. Singkatnya, kita berusaha keras memantaskan diri supaya kelak mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW.

Cara kedua, senantiasa memperbanyak bacaan shalawat. Kapan saja dam di mana saja. Terutama pada Jumat.

Cara ketiga, senantiasa berbuat baik dan menyebarkan kebaikan kepada sesama.

Cara keempat, selalu menjaga persaudaraan dengan siapa pun dan saling mencintai sesama muslim.

Saya pikir kita semua relatif mudah dalam mengamalkan cara pertama dan kedua. Mengapa? Karena aturannya jelas. Mana yang haq dan mana yang bathil tampak jelas. Insyaallah kita mudah sadar jikalau suatu saat sedang melanggar aturan Tuhan. Atau, sedang kurang volume ibadahnya.

Yang bahaya itu cara ketiga dan keempat. Apa yang kita upayakan dalam cara pertama dan kedua bisa percuma tak berguna gara-gara mengkhianati cara ketiga dan keempat. Pahalanya bisa seketika hangus akibat pengkhianatan  tersebut. Pedihnya, semua terjadi tanpa kita sadari.

Kok bisa? Tentu saja sangat bisa. Mari kita teliti. Cara ketiga adalah senantiasa berbuat baik dan menyebarkan kebaikan kepada sesama. Mungkin dalam kehidupan nyata sehari-hari kita sudah konsisten berbuat baik. Akan tetapi, apakah demikian juga dalam interaksi di dunia maya?

Ayo, jujur-jujuran. Berapa banyak dari kita yang penuh sopan santun di dunia nyata, tetapi di dunia maya berubah menjadi tukang ghibah yang provokatif? Alih-alih menyebarkan kebaikan, yang ada malah mengajak orang-orang untuk bersuuzon.

Mari cek ricek diri kita masing-masing. Apakah postingan kita selalu menyebarkan energi positif atau justru selalu mengandung energi negatif? Apakah isi postingan kita menyebarkan kebaikan atau kebencian? Bisa mengajak orang untuk hepi-hepi dan terinspirasi atau malah mengajak untuk marah-marah, menghina, menghujat, menghasut, bersuuzon, dan membagikan hoaks?

Parahnya, kita tak sadar bahwa kita telah melakukan kesalahan. Kita acapkali lupa bahwa dunia maya (internet) juga bagian dari dunia nyata. Kita merasa sendirian buka HP atau laptop. Ghibah sana-sini dengan nyaman. Merasa tak ada yang melihat. Sampai-sampai malaikat di kanan-kiri kita pun terlupakan.

Kita lupa bahwa ghibah di dunia nyata yang menyimak relatif sedikit. Kalaupun kita tebar fitnah, "audiensnya" terbatas. Sementara di dunia maya, satu postingan dapat langsung menyebar ke banyak orang. Terlebih kalau follower kita banyak. Ngeri sekali 'kan? Berapa dosa yang bakalan kita tangguk?

Sedihnya, kadangkala kita kepeleset dalam melangkah. Sudah begini-begitu bersuara keras, merasa bangga sebab telah berani menegakkan kebenaran, tahu-tahu di ujungnya terbukti kalau kita salah informasi. Astaghfirrullah.

Mestinya di dunia nyata dan di dunia maya kita senantiasa menjaga persaudaraan dengan siapa pun. Jangan sampai melukai perasaan orang lain. Bukankah kita wajib saling mencintai sesama muslim? Pun, dengan seluruh umat manusia.

Nah. Sampai di sini, Anda tentu mafhum dengan judul yang saya sematkan pada artikel ini. Mana mungkin kita dirindukan oleh Rasulullah SAW?

Kita acap kali tak tahu diri. Hobi memaki dan menghujat, tetapi bisa-bisanya super yakin kalau merasa dicintai Allah SWT dan Rasul-Nya.

Demikian hasil renungan saya terkait peringatan Maulid Nabi 2024 tempo hari. Semoga berfaedah dan menginspirasi. Semoga pula bisa memotivasi kita untuk menjadi lebih beradab, berakhlak mulia, dan lemah-lembut. Di dunia manan pun, baik dunia nyata maupun dunia maya.

Kalaupun belum sanggup sepenuhnya untuk meneladani Rasulullah, minimal sanggup satu langkah mendekati akhlak beliau SAW. Minimalnya lagi, bisa berpikir jernih terlebih dulu sebelum mengetikkan komentar di media sosial.

Waspadalah. Jangan sampai kita justru meniru perilaku iblis yang sombong. Yang merasa lebih baik daripada Adam AS (manusia), sampai-sampai diusir dari surga-Nya. Sekali lagi, waspadalah. Jangan sampai upaya kita untuk dirindukan Rasulullah SAW menjadi sia-sia karena kita selalu merasa lebih baik daripada orang lain. *selfreminder*

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun