Kok bisa? Tentu saja sangat bisa. Mari kita teliti. Cara ketiga adalah senantiasa berbuat baik dan menyebarkan kebaikan kepada sesama. Mungkin dalam kehidupan nyata sehari-hari kita sudah konsisten berbuat baik. Akan tetapi, apakah demikian juga dalam interaksi di dunia maya?
Ayo, jujur-jujuran. Berapa banyak dari kita yang penuh sopan santun di dunia nyata, tetapi di dunia maya berubah menjadi tukang ghibah yang provokatif? Alih-alih menyebarkan kebaikan, yang ada malah mengajak orang-orang untuk bersuuzon.
Mari cek ricek diri kita masing-masing. Apakah postingan kita selalu menyebarkan energi positif atau justru selalu mengandung energi negatif? Apakah isi postingan kita menyebarkan kebaikan atau kebencian? Bisa mengajak orang untuk hepi-hepi dan terinspirasi atau malah mengajak untuk marah-marah, menghina, menghujat, menghasut, bersuuzon, dan membagikan hoaks?
Parahnya, kita tak sadar bahwa kita telah melakukan kesalahan. Kita acapkali lupa bahwa dunia maya (internet) juga bagian dari dunia nyata. Kita merasa sendirian buka HP atau laptop. Ghibah sana-sini dengan nyaman. Merasa tak ada yang melihat. Sampai-sampai malaikat di kanan-kiri kita pun terlupakan.
Kita lupa bahwa ghibah di dunia nyata yang menyimak relatif sedikit. Kalaupun kita tebar fitnah, "audiensnya" terbatas. Sementara di dunia maya, satu postingan dapat langsung menyebar ke banyak orang. Terlebih kalau follower kita banyak. Ngeri sekali 'kan? Berapa dosa yang bakalan kita tangguk?
Sedihnya, kadangkala kita kepeleset dalam melangkah. Sudah begini-begitu bersuara keras, merasa bangga sebab telah berani menegakkan kebenaran, tahu-tahu di ujungnya terbukti kalau kita salah informasi. Astaghfirrullah.
Mestinya di dunia nyata dan di dunia maya kita senantiasa menjaga persaudaraan dengan siapa pun. Jangan sampai melukai perasaan orang lain. Bukankah kita wajib saling mencintai sesama muslim? Pun, dengan seluruh umat manusia.
Nah. Sampai di sini, Anda tentu mafhum dengan judul yang saya sematkan pada artikel ini. Mana mungkin kita dirindukan oleh Rasulullah SAW?
Kita acap kali tak tahu diri. Hobi memaki dan menghujat, tetapi bisa-bisanya super yakin kalau merasa dicintai Allah SWT dan Rasul-Nya.
Demikian hasil renungan saya terkait peringatan Maulid Nabi 2024 tempo hari. Semoga berfaedah dan menginspirasi. Semoga pula bisa memotivasi kita untuk menjadi lebih beradab, berakhlak mulia, dan lemah-lembut. Di dunia manan pun, baik dunia nyata maupun dunia maya.
Kalaupun belum sanggup sepenuhnya untuk meneladani Rasulullah, minimal sanggup satu langkah mendekati akhlak beliau SAW. Minimalnya lagi, bisa berpikir jernih terlebih dulu sebelum mengetikkan komentar di media sosial.