Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bumbu Kacang Nusantara Memang Oye

13 September 2024   15:00 Diperbarui: 13 September 2024   15:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batagor (Dokpri Agustina)

Saya pikir saya harus berterima kasih kepada Kompasiana karena telah mengangkat topik pilihan "Bumbu Kacang Nusantara". Apa alasannya? Sebab saya menjadi terpantik untuk mengulik si bumbu kacang lebih jauh. Ada apa dengan bumbu kacang? Mengapa sampai dijadikan topik pilihan?

Terusterang hingga sebelum tahu bahwa Bumbu Kacang Nusantara menjadi topik pilihan, saya sama sekali tak pernah memikirkannya. Mungkin bisa disebut ironis. Sebab kenyataannya, saya lumayan menggemari bumbu tersebut. Kerap pula membeli bumbu pecel instan untuk stok.

Bumbu kacang atau bumbu pecel instan sekarang banyak tersedia di pasaran. Mulai dari yang berkualitas standar sampai yang premium. Bahkan, ada merk-merk yang menyediakan aneka level kepedasan. Ukuran kemasannya juga berlainan. Konsumen tinggal memilih sesuai dengan selera dan isi dompet.

Tadi saya katakan bahwa saya kerap punya stok bumbu pecel instan. Mungkin dalam bayangan Anda, saya selalu menjadikannya sebagai lauk. Misalnya suatu ketika cuma punya sayuran atau tahu sebagai bahan lauk, tinggal bikin pecel sayur atau pecel tahu; bisa pula untuk dijadikan pelengkap telur dadar atau saus kacang encer untuk tahu telur.

Namun perlu diketahui, tak jarang saya makan bumbu kacang begitu saja. Bukan untuk lauk. Bukan untuk dijadikan saus atau topping apa pun. Tanpa diseduh dengan air panas karena saya jadikan camilan. Enak juga, lho.

Terlebih bila sedang kangen makan enting-enting gepuk khas Salatiga. Tekstur dan citarasa bumbu kacang yang rasa original (tidak pedas), menurut saya memang mirip dengan enting-enting gepuk tersebut. Terkhusus yang kandungan minyaknya minimalis, tanpa daun jeruk, dan cincangan kacangnya kasar.

Bumbu Kacang Nusantara ternyata memang eksis banget. Cocok untuk dipadupadankan dengan rupa-rupa makanan. Meskipun menyandang nama sebagai bumbu pecel, faktanya bisa berjodoh dengan siomai dan batagor. Tak cuma dengan sayur-sayuran.

Kalau dengan sate ayam? Wah, jangan ditanya. Pasti enak banget. Kalau Anda tidak pernah mencicipi sate bumbu kacang, cobalah sekali waktu. Insyaallah bakalan nagih. Terutama bila Anda peanut lover.

Dijodohkan dengan cilok juga nikmat. Di Kota Yogyakarta di sekitaran alun-alun selatan ada penjual cilok bumbu kacang yang legendaris. Penggemarnya banyak sekali. Sampai-sampai di kotak jualannya diberi nomor kontak WA. Tujuannya tentu memudahkan pelanggan yang ingin order dalam jumlah banyak. Pelanggan yang kangen cilok bumbu kacang, tapi tak menemukannya di tempat biasa mangkal, juga bisa menghubungi nomor WA yang tertera itu.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Bumbu kacang yang tidak diencerkan juga biasa dijumpai dalam seporsi nasi gurih ala Sekaten Yogyakarta. Kalau dalam nasi gurih Sekaten Surakarta saya tidak tahu karena belum pernah mencicipinya.

O, ya. Kurang lebih tiga hari lalu, seorang teman yang tinggal di Belanda mengirim sebuah video menarik. Videonya tentang berburu makanan Indonesia di Belanda. Nah. Di video itu ada satu jenis camilan yang bikin penasaran sekaligus menginspirasi saya untuk membuatnya.  

Saya memang tak piawai dan tak hobi memasak. Akan tetapi, camilan yang saya lihat itu sama sekali tak rumit proses pembuatannya. Cuma butuh bumbu pecel instan dan kentang goreng. Hehehe ... Iya. Camilannya berupa kentang goreng yang di sini biasa dimakan dengan saus tomat. Namun di video kulineran yang saya lihat, kentang gorengnya dimakan pakai saus kacang alias bumbu pecel.

Selama ini saya tidak pernah memadukan kentang goreng dengan bumbu kacang. Jadi, penasaran dengan citarasanya. Apakah lebih enak perpaduan bumbu kacang dengan kentang rebus? Atau, dengan kentang goreng? Mari coba dulu sebelum menjawab.

Terkait dengan bumbu pecel instan, ingatan saya terbang ke masa anak-anak. Dahulu saya punya tetangga yang punya warung makan lumayan tenar.  Konsumennya tidak cuma warga sekitar, tapi juga berasal dari desa-desa lain. Seminggu sekali dia membuat bumbu kacang dalam jumlah banyak. Satu baskom kecil. Biasanya akan habis dalam kurun waktu seminggu. Tujuannya memang menghemat waktu dan tenaga. Repot juga 'kan kalau bikinnya tiap hari? Cuma yang kini jadi pertanyaan saya, "Kok bisa tidak basi? Apakah mempergunakan bumbu tertentu?"

Yang menarik, bumbu kacang yang identik dengan masakan Indonesia ini justru tidak asli Indonesia. Kacang tanahnya saja, yang merupakan bahan baku bumbu kacang, berasal dari Amerika Latin. Masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang Portugis dan Spanyol sekian ratus tahun lalu. Yang di kemudian hari, setelah kacang tanah dikenal luas di seantero Nusantara, bumbu kacang pun merajalela sebagai pelengkap aneka hidangan.

Luar biasa ya, Bumbu Kacang Nusantara ini. Sungguh tak disangka bahwa di balik kelezatannya juga tersimpan perjalanan sejarah. Eksistensinya pun luar biasa. Cocok dijodohkan dengan aneka ragam makanan dan kudapan. Bumbu Kacang Nusantara memang oye.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun