Semalam, Kamis 29 Agustus 2024, saya berkesempatan menonton Konser Orkestra dan Paduan Suara Internalisasi Kesejarahan Serenade Bunga Bangsa X dengan tema "Semangat Baru Indonesia Maju". Konser berlangsung di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Rangkaian acaranya dimulai pukul 20.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB.
Konser yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-79 RI dan 12 Tahun UU Keistimewaan DIY itu menampilkan 8 repertoar. Sesi pertama ditampilkan 4 repertoar, kemudian dijeda 15 menit untuk kuis. Setelahnya barulah dilanjut sesi kedua yang juga menampilkan 4 repertoar.
Tiap repertoar menggaungkan nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan. Diilhami oleh peristiwa-peristiwa bersejarah
Sesi pertama dibuka dengan repertoar yang cukup berapi-api, yaitu "Bandung Lautan Api" karya Ismail Marzuki. Karena memang karya tersebut merupakan upaya untuk menuangkan gelora perjuangan yang berapi-api, pasca penyerangan pasukan sekutu Belanda.
Kemudian langsung disambung dengan "Sorak-sorak Bergembira" karya Cornel Simanjutak. Karya ini menggambarkan situasi pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Data sejarah menyebutkan bahwa waktu itu di Jakarta, di sepanjang jalan dan gang, karya tersebut dinyanyikan. Tujuannya menginformasikan kemerdekaan kepada masyarakat akar rumput.
Repertoar selanjutnya adalah "Medley Fordasi" yang dipersembahkan khusus untuk para anggota delegasi Fordasi. Karya ini mengajak hadirin untuk berkeliling Nusantara dan menghayati lokalitas masing-masing, untuk kemudian mengangkat kesadaran regional kita kepada kesadaran nasional yang satu dan utuh.
Konser sesi pertama diakhiri dengan repertoar "Merdeka atau Mati" yang diaransemen oleh Eki Satria (conductor tetdahulu) dari puisi karya Muhammad Yamin. Perlu diketahui, Muhammad Yamin adalah sosok yang pertama kali mengingatkan betapa pentingnya sebuah bahasa persatuan; bahwa tidak ada nasionalisma tanda adanya kesamaan bahasa.
Konser sesi kedua dibuka dengan "Epik Panji" yang diaransemen Wisnu. Berkisah tentang lika-liku percintaan Pangeran Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji. Namun, itu bukanlah semata-mata kisah asmara melainkan sebuah ungkapan simbolik. Adapun nama Panji itu bermakna 'mapan marang kang sawiji'. Artinya di tengah kerumitan hidup berbangsa dan bernegara, di antara perbedaan-perbedaan yang ada, kita senantiasa diarahkan untuk kembali pada persatuan dan kesatuan.
Repertoar ini merupakan repertoar terpanjang jika dibandingkan 7 repertoar lainnya. Pun, paling melodius. Dalam menyuguhkan "Epik Panji", Serenade Bunga Bangsa X juga menampilkan duo violin, yaitu Rifki Adriansyah Arif dan Septa Inas Tsabitah (dalam foto di bawah itu keduanya berkostum warna hijau dan bertopeng).