Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konser Serenade Bunga Bangsa X yang Dihadiri Delegasi Fordasi 2024

30 Agustus 2024   22:09 Diperbarui: 31 Agustus 2024   23:48 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya dimainkan "Indonesia Pusaka" karya Ismail Marzuki. Sekadar informasi, lagu ini adalah salah satu lagu nasional yang paling saya sukai sejak masih bersekolah di SD. Oleh sebab itu, saya gembira sekali bahwa belakangan ini lagu tersebut mendapatkan momentumnya gara-gara sepakbola. Faktanya, "Indonesia Pusaka" memang sekuat itu daya magisnya untuk mempersatukan kita semua.

Dua repertoar terakhir adalah "Tumpakan" dan "Perahu Layar". Secara tematik keduanya saling berkaitan. Tumpakan itu kata dalam bahasa Jawa yang berarti 'transportasi'. Adapun perahu layar merupakan salah satu jenis alat transportasi.

"Tumpakan" berupa medley yang diaransemen Dadang dari tembang-tembang dolanan anak karya Ki Narto Sabdho. Bercerita tentang rupa-rupa alat transportasi yang ada di Jawa. Ada sepur, sepeda, dan sepeda motor. Mas Dul, yang memandu acara bersama Mbak MC, mengingatkan bahwa karya medley ini akan mengajak kita untuk melihat masa lalu Jawa.

Sungguh saya bagaikan mendapat durian runtuh sebab konser ditutup dengan "Perahu Layar". Mengapa? Karena repertoar tersebut adalah favorit saya. Saya tahu lagu itu sejak SD dan entah mengapa sejak pertama kali mendengarnya jatuh suka. Mungkin karena isinya menggambarkan kehidupan di sekeliling saya. Saya tatkala itu 'kan tinggal tak jauh dari pantai utara Jawa Tengah. Jadi, kalau akhir pekan terbiasa melihat orang-orang berpiknik ke pantai. Entah naik perahu, entah sekadar duduk di hamparan pasir pantai.

*
O, ya. Di penghujung acara penonton diberi sedikit kejutan lucu. Ternyata, oh rupanya. Yang memandu jalannya acara 3 orang. Bukan cuma 2. Ternyata Mbak MC ditemani 2 Dul, yaitu Dul Rohman dan Dul Rohim. Mereka kembar identik, bahkan identiknya sampai ke suara, cara bicara, dan gaya memberikan penjelasan sejarah kepada audiens.

Dokpri Hariyanto Surbakti 
Dokpri Hariyanto Surbakti 

Sungguh. Jika di penghujung acara keduanya tidak tampil bersama, tentu penonton tidak tahu kalau yang mendampingi Mbak MC 2 orang. Bukan 1 orang yang berganti-ganti baju. Mereka dan Mbak MC memang ngerjain kami, sih. Di pertengahan sesi pertama Mbak MC sempat (pura-pura) bertanya, "Wow, Mas Dul ganti baju rupanya."

Yang (pura-pura) dijawab oleh entah Mas Dul yang mana, "Iya. Saya tiap 2 jam memang harus ganti baju."

Ternyata oh rupanya. Hehe ... Namun, saya angkat 2 jempol untuk Dul bersaudara itu. Penjelasan mereka mengenai data sejarah terkait repertoar yang disajikan amat jelas. Singkat dan padat. Jadi penonton tidak sekadar menikmati musik, tetapi juga diingatkan kembali dengan sejarah perjuangan bangsa. Alhasil tujuan diselenggarakannya konser, yaitu memperdalam wawasan sejarah lewat karya-karya musik, tercapai.

Memang demikianlah adanya. Menonton Konser Serenade Bunga Bangsa X ibarat membaca sejarah Indonesia dalam bentuk nada-nada indah. Yang terkadang terasa melankolis, tapi kemudian berubah menjadi sangat dinamis dan menggelegar. Seru dan asik!

*
Perlu diketahui bahwa ada dua catatan penting yang sekaligus merupakan sejarah bagi perjalanan Serenade Bunga Bangsa, dalam konser semalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun