"Dalam seminggu ini, siapa yang pernah berkunjung ke museum?" Tanya Mas Erwin, sang pendiri Komunitas Malamuseum. Ternyata tak ada satu pun yang tunjuk jari.
"Oke. Kalau dalam sebulan ini, siapa yang pernah ke museum?" Mas Erwin kembali bertanya. Ternyata cuma saya dan satu orang lainnya yang tunjuk jari.
"Bagaimana kalau setahun? Ada? Yang dalam setahun tidak pernah ke museum sama sekali?" Tanya Mas Erwin lagi sambil tertawa kecil.
Ckckck. Ternyata sami mawon alias sama saja. Dalam kurun satu tahun pun, tidak serta-merta semua tunjuk jari.
Terusterang saya agak kaget dengan fakta tersebut. Saya kira di antara kami, para peserta acara Jumpa Sahabat Museum "Reimajinasi Museum", cuma saya yang paling jarang ke museum. Ternyata, oh, rupanya ...
"Bagaimana dengan mal? Bioskop? Kapan terakhir ke bioskop?"
"Kemarin," jawab seseorang dengan cepat.
Mas Erwin bertanya lagi, "Mengapa orang lebih suka ke mal? Ke bioskop? Atau ke tempat-tempat lain, daripada ke bioskop? Ada yang tahu?"
Kami terdiam sembari senyum-senyum. Kiranya dalam benak kami berloncatan aneka alasan. Mungkin antara lain karena museum enggak asyik, karena museum banyak aturan, karena museum kurang seru, atau karena museum berhawa singup.
"Karena pengelola museum itu single minded dan terobsesi pada bola mata!" Kata Mas Erwin tegas dan lugas.