Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tolong, Jangan Jadikan Kasus Polwan yang Membakar Suaminya sebagai Bahan Candaan di VT

15 Juni 2024   09:29 Diperbarui: 15 Juni 2024   09:38 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture salah satu VT 

Kedua kasus pembakaran itu serupa. Bedanya, tetangga saya membakar sang istri dan kemudian dirinya menyusul ke dalam kobaran api. Mungkin tetangga saya bertekad sehidup semati, mengingat dia sebetulnya amat bucin pada sang istri. Sementara polwan dalam kasus tempo hari justru tersadar dari khilaf (meskipun telat), kemudian sempat meminta maaf dan membawa sang suami ke rumah sakit.

Saya pikir, tetangga saya dan polwan yang malang itu berada dalam situasi yang sama. Kekhilafan berat mereka menyebabkan orang-orang yang mereka cintai meninggal dunia. Membuat urusan makin rumit. Ibarat mengatasi masalah dengan cara menimbulkan masalah baru.

Tentu saya tak hendak membenarkan perbuatan sang polwan. Pun, perbuatan mantan tetangga saya itu. Saya hanya berusaha memaklumi kekhilafan berat mereka, yang sesungguhnya merupakan akumulasi dari relasi love and hate.

Untuk kasus sang polwan, ada kemungkinan dia menanggung malu akut juga karena suaminya sesama polisi. Yang mestinya sebagai polisi bertugas memberantas judi on line. Bukan malah ikut kecanduan.

Sekali lagi, ini memang perkara yang rumit. Alih-alih menghujat, saya pilih berempati dan bersimpati kepada sang polwan. Bukan bermaksud membenarkan keputusannya untuk membakar sang suami, melainkan mendukungnya untuk siap mempertanggungjawabkan segala yang harus dia pertanggungjawabkan.

Almarhum suaminya telah selesai dengan semua urusan duniawi, terlepas dari salah atau benarnya. Lain halnya dengan sang polwan. Selain harus berhadapan dengan hukum, dia juga harus berjibaku mengelola perasaan-perasaan dalam dirinya. Saya yakin, tanpa kita salah-salahkan pun sang polwan pasti telah dirundung penyesalan besar.

Semoga kondisi mental sang polwan stabil dan rasa penyesalan tertingginya tidak sampai menyebabkan kenekadan kedua, yaitu keputusan untuk mengakhiri hidup. Jangan sampai pihak berwenang yang mengurusnya lalai dan membiarkannya sendirian, apalagi sampai terintimidasi oleh komentar-komentar sadis warganet. Bahaya!

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun