Kedua kasus pembakaran itu serupa. Bedanya, tetangga saya membakar sang istri dan kemudian dirinya menyusul ke dalam kobaran api. Mungkin tetangga saya bertekad sehidup semati, mengingat dia sebetulnya amat bucin pada sang istri. Sementara polwan dalam kasus tempo hari justru tersadar dari khilaf (meskipun telat), kemudian sempat meminta maaf dan membawa sang suami ke rumah sakit.
Saya pikir, tetangga saya dan polwan yang malang itu berada dalam situasi yang sama. Kekhilafan berat mereka menyebabkan orang-orang yang mereka cintai meninggal dunia. Membuat urusan makin rumit. Ibarat mengatasi masalah dengan cara menimbulkan masalah baru.
Tentu saya tak hendak membenarkan perbuatan sang polwan. Pun, perbuatan mantan tetangga saya itu. Saya hanya berusaha memaklumi kekhilafan berat mereka, yang sesungguhnya merupakan akumulasi dari relasi love and hate.
Untuk kasus sang polwan, ada kemungkinan dia menanggung malu akut juga karena suaminya sesama polisi. Yang mestinya sebagai polisi bertugas memberantas judi on line. Bukan malah ikut kecanduan.
Sekali lagi, ini memang perkara yang rumit. Alih-alih menghujat, saya pilih berempati dan bersimpati kepada sang polwan. Bukan bermaksud membenarkan keputusannya untuk membakar sang suami, melainkan mendukungnya untuk siap mempertanggungjawabkan segala yang harus dia pertanggungjawabkan.
Almarhum suaminya telah selesai dengan semua urusan duniawi, terlepas dari salah atau benarnya. Lain halnya dengan sang polwan. Selain harus berhadapan dengan hukum, dia juga harus berjibaku mengelola perasaan-perasaan dalam dirinya. Saya yakin, tanpa kita salah-salahkan pun sang polwan pasti telah dirundung penyesalan besar.
Semoga kondisi mental sang polwan stabil dan rasa penyesalan tertingginya tidak sampai menyebabkan kenekadan kedua, yaitu keputusan untuk mengakhiri hidup. Jangan sampai pihak berwenang yang mengurusnya lalai dan membiarkannya sendirian, apalagi sampai terintimidasi oleh komentar-komentar sadis warganet. Bahaya!
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H