Sempat pula saya baca berita, ayah Nathan sampai menonaktifkan akun Instagramnya. Hal itu dilakukan demi lebih menjaga privasi keluarganya. O la la! Rupanya warganet kepo hingga ke keluarga juga. Jelaslah kalau Nathan dan keluarganya menjadi terganggu.Â
Sungguh meresahkan. Terlebih bukan hanya Nathan yang mengalami. Beberapa pesepakbola diaspora dan naturalisasi lainnya juga menjadi target uberan. 'Kan gawat kalau penggawa Timnas Garuda terganggu oleh ulah pendukungnya sendiri. Oleh karena itu, saya amat setuju kalau pengamanan para pemain Timnas Garuda diperketat. Diatur sedemikian rupa agar khalayak umum tidak bisa seenaknya mencegat mereka, apalagi sampai datang dan menunggui di depan pintu kamar hotel tempat mereka menginap. Tujuannya tentu supaya energi mereka tidak perlu terbuang untuk hal-hal di luar urusan sepakbola. Yang ujungnya bisa merugikan Timnas Garuda.Â
Intinya begini, deh. Mengidolakan Nathan Tjoe-A-On dan kawan-kawannya secara gila-gilaan boleh-boleh saja. Mendukung mati-matian supaya mereka melambungkan prestasi sepakbola Indonesia, bahkan wajib hukumnya. Akan tetapi, kita sebagai fans harus mampu menjaga sikap. Jangan sampai ekspresi rasa suka kita justru mengganggu sang pesepakbola idola. Oke?Â
Demikian lanturan pikiran saya gara-gara terpantik ingatan kepada Nathan Tjoe-A-On. Apa boleh buat? Pesona Nathan memang secandu itu. Buktinya dari sekian banyak anggota Timnas Garuda, cuma dia yang bisa menggerakkan saya untuk menuntaskan tulisan ini.Â
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H