Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kode Keras dari Nathan Tjoe-A-On yang Didukung Oleh Rafa dan Justin

1 Juni 2024   18:37 Diperbarui: 1 Juni 2024   20:31 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture akun IG Nathan Tjoe-A-On

Satu lagi yang bikin terkejut adalah ketika dia ditanya, "Tahu Hari Kemerdekaan Indonesia?" Nathan menjawab, "O, saya tidak tahu tanggalnya, tapi tahu kalau tahun '45, Agustus." Si penanya lagi-lagi memberitahukan jawaban benarnya, "Tanggal 17." 

Sudah habiskah keterkejutan saya? Rupanya belum. Ternyata masih ada satu hal yang bikin lebih terkejut. Penyebabnya tak hanya Nathan, tetapi si orang yang menanyainya juga. Hal itu terjadi saat Nathan diminta menyebutkan 3 kota di Indonesia. Dengan mantap Nathan menjawab, "Bali, Semarang, Jakarta." Si penanya membenarkan. 

Seketika saya mengomel sendiri, "Lho, lho? Gimana, sih? Bali 'kan pulau? Bukan kota. Kok enggak dikoreksi?" Ternyata si penanya yang orang Indonesia asli dan tinggal di Indonesia pun tidak paham kalau Bali itu pulau. Kalau paham, tentu secara spontan dia akan mengoreksi jawaban Nathan. 

Mohon jangan berkomentar bahwa ini merupakan hal sepele. Karena kalau tidak dikoreksi, bukankah kesempatan Nathan untuk tahu jawaban yang benar menjadi terbuang? Harapan saya, Nathan segera ketemu orang yang bisa meluruskan bahwa Bali bukan nama kota. 

Mungkin menurut Anda pikiran saya terlampau mengada-ada. Namun, jangan lupa. Nathan Tjoe-A-On telah menjadi idola bagi banyak orang. Sebagian besarnya adalah kawula muda. Gen Z. Jadi, dia berpotensi menjadi role mode. Nah. Bayangkan alangkah dahsyat dampaknya, jika Nathan tahu banyak tentang Indonesia. Kemungkinan besar para penggemarnya akan mengikuti. Ikut belajar lebih banyak tentang Indonesia. 

Selepas menyimak wawancara itu saya tersadar akan sesuatu. Jangan-jangan Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Justin Hubner, Rafael Struick, Jay Idzes, Thom Haye, dan Ragnar Oratmangoen juga begitu? Selain kemampuan berbahasa Indonesia yang sangat minimalis, jangan-jangan minimalis pula pengetahuan mereka tentang Indonesia. 

Jika dugaan itu salah karena faktanya mereka telah tahu banyak tentang Indonesia, tentu saya amat gembira. Jika dugaan itu benar, tentu saya khawatir dan berharap PSSI tak lupa memberikan asupan keindonesian kepada mereka. Misalnya saat rehat usai latihan atau saat sesi diskusi. Melalui cara apa sajalah. Yang terpenting para pesepakbola diaspora dan naturalisasi itu menjadi lebih Indonesia. Minimal dalam waktu dekat ini, bisa hafal lagu "Indonesia Raya" sekaligus tahu siapa penciptanya. Amat aneh kalau pemain timnas suatu negara tidak dapat menyanyikan lagu kebangsaannya sendiri. 

Saya pikir harapan tersebut sama sekali tidak berlebihan. Mengingat mereka telah menjelma jadi idola banyak orang dari Sabang hingga Merauke, termasuk orang-orang Indonesia yang berdomisili di luar negeri. Lagipula yang terpenting, mereka telah menjadi WNI. Masak iya seorang WNI yang berprofesi sebagai atlet profesional dan kerap tampil di pertandingan internasional, tidak kunjung hafal lagu kebangsaan sendiri? 

Mari kembali pada ledakan pertambahan follower Nathan Tjoe-A-On di Instagramnya. Tempo hari saat mengetahui fakta tersebut, saya sempat cemas. Adapun kecemasan itu muncul berdasarkan hasil pengamatan di Tiktok dan Instagram. Saya lihat makin banyak VT dan postingan foto bareng Nathan. Lokasi berfotonya di mana-mana. Termasuk di depan pintu kamar hotelnya, tatkala Nathan baru saja bangun tidur. 

Apa yang saya cemaskan? Tak lain dan tak bukan, kelakuan para fans nekad (yang biasanya kaum FOMO) bakalan mengganggu privasi sang pesepakbola. Di satu sisi hal itu bisa dimaklumi sebagai sebentuk konsekuensi dari kepopuleran. Akan tetapi, berhubung pesepakbola merupakan atlet dan bukan artis, tentu kesiapan mentalnya dalam menghadapi kepopuleran berbeda. Lama-kelamaan Nathan bisa merasa terganggu. Akibat terburuknya, hal itu kemudian berpengaruh pada performanya di lapangan. 

Saya yakin bahwa sebagian pendukung Timnas Garuda punya kecemasan serupa. Tentu harapan kami sama, yaitu Nathan tak terpengaruh sama sekali oleh "gangguan" tersebut. Namun, agaknya harapan kami kurang terpenuhi. Beberapa hari lalu Nathan justru memberikan kode kalau dia merasa amat terganggu. Dia bikin story yang mengisyaratkan kalau tidak suka dirinya didokumentasikan sembarangan. Dia tidak mau ada paparazzi lagi. Bahkan secara bersamaan, Rafael Struick dan Justin Hubner bikin story serupa. Tampak sekali kalau mereka sedang mendukung Nathan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun