Saya khawatir tentang masa depan. Kalau akhirnya kejadian beneran, bagaimana? Pacar si X malah ternyata menikah dengan si Y? Bukankah perkataan adalah doa? Terlebih diucapkan di bulan baik.
Ah, sudahlah. Kok malah saya yang overthinking? Kalau hal itu sampai menjadi kenyataan dan Y digebuki oleh X, saya pilih menertawakan Y. Tak mau membelanya. Salah sendiri dia nekad menjawab secara lutjuk, manyala, dan meledaks!
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H