Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menjaga Mata Anak Sampai Subuh Tiba

13 Maret 2024   23:14 Diperbarui: 13 Maret 2024   23:16 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tema Ramadan Bercerita 2024 hari 3 seketika membuat saya tertawa. Menertawakan kondisi diri saya sendiri. Bagaimana tidak? Dahulu saya biasa menunggu Imsak dan Subuh untuk bertadarus. Tentu dalam rangka mengejar target khatam Alquran selama Ramadan. Namun sejak punya anak dan dia mulai belajar berpuasa hingga sekarang, aktivitas utama saya setelah sahur menjadi agak lain.

Kadangkala masih bisa bertadarus, tetapi dalam kondisi kurang fokus. Mengapa? Karena sebentar-sebentar, kurang lebih tiap lima menit, saya harus memastikan anak masih melek. Terlebih kalau dia sedang bermain-main dalam posisi berbaring.

Ini serius. Saya tidak bercanda sama sekali walaupun terkesan kurang masuk akal. Anak saya memang unik kelakuannya.

Sampai kini saya masih sigap menjaga mata anak agar tak terpejam sampai azan Subuh. Namun, tentu agak lain alasan dan situasinya. Kalau dahulu karena saya takut dia bakalan menangis jejeritan minta Subuhan di masjid diulang, agar dia bisa ikut berjamaah. Sementara sekarang karena saya takut dia terlewat Subuhannya. 'Kan dosa?

Mungkin menurut Anda, solusinya mudah. Tinggal dipepetkan Imsak saja membangunkannya. Saya sendiri pun semula berpikiran begitu. Pernah mempraktikkannya juga beberapa kali. Akan tetapi, si bocah memprotes. Dia bahkan memohon dibangunkan lebih awal supaya tak mepet Imsak. Alasannya, dia ingin menikmati sahur dengan tenang. Katanya, "Sahur buru-buru itu menyebalkan, Buuun!"

Mau tidak mau saya mengikuti permintaan tersebut. Dasar pertimbangannya, yang terpenting dia mau ikut sahur dan berpuasa. Kalau saya kemudian harus bekerja keras untuk mencegahnya merem sebelum Subuh, itu perkara lain. Sudah garisnya menjadi "derita" saya sebagai ibu. Hehe ...

Syukurlah seiring pertambahan usia, tugas saya makin terasa ringan. Sejak SMP sampai sekarang di tahun pertamanya sebagai mahasiswa, anak saya sedikit demi sedikit mulai kooperatif. Yeah ... tapi ya memang sedikit saja. Buktinya pada Ramadan tahun ini, aktivitas setelah sahur saya masih berkutat di seputar cek ricek dia tertidur atau tidak saat jelang Subuh. Apa boleh buat?

Untung saja dia kini lebih mudah dibangunkan kalau sampai tertidur lagi. Mungkin karena sekarang saya lebih leluasa untuk meningkatkan oktaf suara tatkala membangunkannya. Yup! Apa salahnya ngegas ketika dia bandel tak kunjung bangun untuk Shalat Subuh? Sudah dewasa 'kan?

Demikian tulisan saya tentang aktivitas setelah sahur, untuk Ramadan Bercerita 2024. Semoga berfaedah. Namun ngomong-ngomong, adakah di antara Anda yang punya aktivitas setelah sahur seabsurd aktivitas saya itu?

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun