Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Terima Kasih, Money Politic Anda Membuat Saya Tidak Bingung Lagi

10 Februari 2024   14:56 Diperbarui: 10 Februari 2024   17:27 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah pengalaman saya terkait kampanye caleg pada pemilu 2024. Tak beda dengan pengalaman semasa pemilu 2019 lalu. Jadi, kalau ada yang sok iyes menyatakan bahwa paslon capres-cawapres dan caleg pilihannya suci 100% dari money politic, saya sama sekali tak percaya. Bisa jadi memang bukan uang tunai yang dibagi-bagikan ke masyarakat. Namun, tetap saja esensinya money politic walaupun uang tunainya diganti dengan barang. Iya 'kan?

Pengalaman saya itu merupakan fakta yang senyata-nyatanya. Yang sesungguhnya merugikan karena menyebabkan saya bimbang. Terhantui oleh perasaan, "Ini dosa atau tidak, ya? Status makanan dan barang dari si caleg itu halal atau haram, ya?"

Apesnya, saya tak bisa menolak karena pembagian bersifat massal. Tidak diserahkan door to door. Jadi kalau sampai saya menolak, pasti bakalan terjadi huru-hara. Plus saya bakalan menjadi public enemy. Ya sudahlah. Pada akhirnya saya menurut saja. Termasuk ketika diminta menuliskan nama, alamat, tanda tangan, dan nomor HP.

Saya mencoba menilik dari sudut pandang yang berbeda. Tepatnya sudut pandang yang lebih realistis. Kalau tidak mempergunakan money politic, dengan cara apa mereka bisa berkampanye secara instan dan taktis? Bagaimana masyarakat bisa tahu mereka?

Idealnya kampanye caleg memang dilakukan di sepanjang waktu. Melalui aktivitas-aktivitas pengabdian terhadap masyarakat, jauh-jauh hari sebelum masa pemilu tiba. Akan tetapi, apa boleh buat? Rupanya orang Indonesia cenderung lebih suka melakukan pengabdian ke masyarakat, bila ada maunya saja. Ah, entahlah.

Penutup

Karena mesti berhadapan dengan persoalan money politic terkait kampanye caleg, otomatis saya tidak lupa kalau 14 Februari 2024 nanti bukan hanya ada pilpres. Terlebih dari KPPS setempat telah pula dilakukan sosialisasi tatacara pencoblosan (pemungutan suara).

Namun, secara khusus saya merasa perlu berterima kasih kepada mereka yang telah melakukan kampanye caleg di lingkungan tempat tinggal saya. Meskipun de facto tak tahu pasti siapa mereka, minimal upaya mereka memperkenalkan diri lewat money politic membuat saya tidak blank lagi hendak pilih siapa dari partai apa untuk pileg 2024 nanti. Haha!

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun