Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pesan Hijau dari Donat Gosong

4 Februari 2024   22:55 Diperbarui: 4 Februari 2024   22:55 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau jumlahnya sedikit, misalnya cuma seukuran untuk bikin nasi goreng sepiring atau telur dadar 2 butir, masih amanlah. Menghabiskannya mudah. Yang jadi masalah kalau minyak jelantahnya banyak. Tentu perlu beberapa kali sesi memasak untuk menghabiskannya sedikit demi sedikit. Itu merepotkan sekali bagi saya yang jarang makan di rumah.

Memang bisa saja langsung saya gunakan untuk mematangkan sepiring gorengan. Akan tetapi, yang makan siapa? Malah gantian gorengannya yang terancam terbuang percuma. Ujung-ujungnya mengatasi masalah dengan cara membuat masalah baru 'kan?

Begitulah adanya. Memang serumit itu saya memikirkan pencegahan terjadinya limbah domestik berupa minyak jelantah. Pun, limbah makanan pada umumnya. Mungkin Anda seketika berkomentar, "Ribet amat. Kalau minyak jelantahnya tak layak dikonsumsi lagi 'kan tinggal dibuang?"

Nah! Jawabannya kembali pada komitmen saya untuk menerapkan gaya hidup zero waste, terkhusus zero food waste. Daripada membuang minyak jelantah, lebih baik meminimalkan pemakaian minyak goreng.

Sejauh bahan makanan yang hendak dimasak bisa dimatangkan dengan cara dipanggang, yang cuma perlu sedikit minyak goreng atau mentega, saya akan memanggangnya. Lebih baik saya melanggar aturan cara memasak daripada menaatinya dan puyeng gara-gara dihantui minyak jelantah.

Berhemat dan Berbagi Demi Menjaga Lingkungan

Seorang teman tiba-tiba menghadiahi seliter minyak goreng. Rupanya dia salah sangka. Dipikirnya saya hobi memanggang makanan sebab sedang ketat berhemat. Adapun sesungguhnya, saya sedang berupaya untuk ikut menjaga lingkungan.

Perlu diketahui bahwa limbah minyak jelantah tidak boleh dibuang sembarangan. Mengapa? Karena merupakan jenis limbah B3 yang dapat membahayakan lingkungan.

Kiranya banyak orang yang belum tahu fakta tersebut. Alhasil, tanpa perasaan bersalah mereka buang-buang minyak jelantah sembarangan. Sementara sesungguhnya, limbah domestik yang satu itu dapat dijual bila telah terkumpul banyak. Sebab faktanya, minyak jelantah bisa didaur ulang menjadi beberapa produk yang bermanfaat.

Baik. Mari kembali ke upaya saya dalam menjaga lingkungan. Apa boleh buat? Sebagai warga negara biasa di kalangan akar rumput, hanya gaya hidup zero waste yang bisa saya lakukan untuk ikut menjaga lingkungan dari limbah domestik. Itu pun belum maksimal. Limbah air cucian yang mengandung deterjen masih saya buang begitu saja ke saluran pembuangan air.  

Saya baru bisa konsisten menerapkan zero food waste, diet plastik dengan cara membawa wadah atau tas dari rumah bila hendak membeli makanan atau berbelanja, serta memilah sampah organik dan anorganik. Dengan demikian, yang saya buang ke tong sampah kampung cuma sampah residu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun