Â
"Muhammadiyah itu lahir di Yogyakarta, tetapi tumbuh besarnya di Sumatra," kata seorang teman beberapa tahun lalu. Dia asli Sumatra. Merantau ke Yogyakarta untuk menuntut ilmu di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan FT - UGM.
Saya tertegun mendengarnya. Berpikir sejenak dan kemudian menyetujui perkataannya itu. K. H. A. Dahlan memang membidani kelahiran Muhammadiyah di Yogyakarta. Tepatnya di Kampung Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta.
Namun, pada perkembangannya Muhammadiyah tumbuh subur di bumi Andalas. Setidaknya hal itu terbukti dari banyaknya tokoh Muhammadiyah yang berasal dari sana. Bahkan, mertua Bung Karno (orang tua Ibu Fatmawati) pun aktivis Muhammadiyah.
Kiranya hal itu menyimbolkan bahwa Muhammadiyah hadir untuk Indonesia. Pun, untuk dunia. Anda pasti mafhum kalau kader Muhammadiyah ada di mana-mana, baik di dalam maupun luar negeri. Tentu beserta prestasi dan dedikasi masing-masing.
Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, waktu telah membuktikan bahwa Muhammadiyah merupakan ormas yang tangguh. Jadi tak mengherankan kalau hari ini, tanggal 18 November 2023, Muhammadiyah sampai pada milad yang ke-111.
Jika Anda bagian dari keluarga besar Muhammadiyah, beberapa hari belakangan pasti sibuk menyambut milad tersebut. Adapun resepsi milad ke-111 berpusat di Sportorium UMY, Sabtu malam ini.
Dalam rangka merayakan milad tersebut, kali ini saya mengajak Anda berjalan-jalan di tanah kelahiran Muhammadiyah. Iya. Mari berkeliling Kampung Kauman sebentar melalui aksara.
Ada Apa Saja di Kauman?
Seperti yang telah Anda ketahui, Muhammadiyah didirikan oleh K. H. A. Dahlan di Kampung Kauman, Yogyakarta. Lokasinya tak jauh dari Malioboro dan dekat Kraton Yogyakarta. Berada di kawasan Sumbu Filosofi juga.
Dari perempatan Titik Nol, Anda tinggal menuju ke barat. Perhatikan area di sebelah kiri Anda. Di sepanjang daerah situ ada gang-gang yang bisa Anda masuki. Begitu masuk gang, otomatis Anda sudah berada di Kauman.
Tak usah khawatir tersesat kalau blusukan di Kauman. Sembari berjalan kaki menyusuri lorong-lorong sempit, nikmati saja bangunan-bangunan kuno di kiri kanan Anda. Rasakan sensasi masa lalunya.
Tak usah merasa ngeri walaupun tak berpapasan dengan orang sama sekali. Dalam keseharian suasananya memang begitu. Tak perlu waswas ketemu anjing galak. Anjing paling ramah pun tidak ada di Kauman. Yang banyak berkeliaran di seantero kampung cuma kucing.
O, ya. Anda wajib berjalan kaki bila mengelilingi Kampung Kauman. Tidak boleh sepedaan, apalagi motoran. Ada kearifan lokal di situ, hanya Pak Pos yang boleh mengendarai sepeda motor di dalam kampung. Alhasil, suasana kampung relatif tenang dan sunyi meskipun berada tak jauh dari pusat kota.
Selain bangunan kuno dan lorong sunyi, ada apa lagi di Kauman? Yang jelas ada kandungan sejarahnya, dong. Terkhusus sejarah berdirinya Muhammadiyah. Antara lain monumen berikut ini, yang dibuat untuk mengenang para syuhada yang gugur di medan perang.
Selanjutnya ada foto-foto pendiri dan tokoh Muhammadiyah. Pun, tokoh Aisiyah. Foto-foto tersebut dipasang di Balai RW, yang lokasinya di utara Masjid Gedhe Kraton.
Langgar Kidoel inilah yang erat kaitannya dengan K. H. A. Dahlan. Di kompleks Langgar Kidoel terdapat (semacam) museum kecil yang berisi informasi dan benda-benda terkait perjuangan beliau.
Yang terakhir, ada makam seorang pahlawan nasional. Letaknya di belakang Masjid Gedhe Kraton. Makam siapakah? Tak lain dan tak bukan, itulah makam Ibu Siti Walidah atau yang biasa dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Namun, mohon maaf. Ada penampakan saya yang mungkin mengganggu.
Demikian sekelumit cerita tentang isi Kampung Kauman. Dari sekian banyak cerita yang ada di situ, sengaja saya pilihi yang ada kaitannya dengan Muhammadiyah saja.
Jangan lupa. Singgahlah ke Kauman, jika sedang berkunjung ke Yogyakarta. Terlebih kalau Anda merupakan warga Muhammadiyah.
Penutup
Saat ini saya masih menjumpai cucu dan cicit para tokoh pendiri Muhammadiyah yang menjadi tokoh masyarakat. Mereka lahir, tumbuh besar, dan menua di Kauman. Namun, mereka merupakan generasi di atas saya.
Kiranya belum bermunculan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang orisinal dari Kampung Kauman zaman now. Yang dari kalangan generasi milenial. Jadi, mari sama-sama kita tunggu kemunculan mereka.
Akhirul kata, selamat milad ya Muhammadiyah. Semoga selalu menjadi sang surya bagi Indonesia dan dunia.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H