Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Mengenal WACINWA (Wayang Kulit Cina Jawa)

14 November 2023   17:09 Diperbarui: 16 November 2023   08:54 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture Katalog Pameran Museum Sonobudoyo/Dokumentasi pribadi

Sebagai produk akulturasi, Wacinwa melibatkan dua aspek, yaitu alam pakeliran Jawa dan alam legenda Cina.

Wacinwa memainkan lakon Sie Jin Kwi Tjeng Tang dan lakon Sie Jin Kwi Tjeng See. Keduanya diangkat dari cerita-cerita kuno (foklore) Cina yang populer di masyarakat Cina perantauan. Inti ceritanya tentang perjuangan hidup seorang rakyat jelata hingga menjadi Senopati Perang. Bahkan, sampai diberi gelar Raja Muda. Yang mana semua itu dapat diraih karena sifat jujur, setia, dan taat mengabdi kepada negerinya.

Adapun lakon Sie Jin Kwi Tjeng Tang dan lakon Sie Jin Kwi Tjeng See tersebut ditampilkan dengan tata cara pertunjukan Wayang Kulit Jawa. Terkhusus mengikuti Seni Pedalangan Gaya Mataraman.

Sama halnya dengan Wayang Kulit Jawa, Wacinwa menggunakan gedebog pisang, kelir, kotak, cempala, kepyak, dan blencong dalam pementasannya. Gamelan pengiring pertunjukan Wacinwa pun gamelan Slendro dan Pelog. Suluk untuk memulai tanda pagelaran seperti dalam pertunjukan Wayang Purwa Jawa juga ada.

Perlu diketahui, ukuran Wacinwa lebih kecil daripada Wayang Kulit Jawa pada umumnya. Cuma sebesar Wayang Kidangkencanan, yaitu wayang untuk dimainkan anak-anak.

Walaupun berukuran lebih kecil, corak busana Wacinwa tak kalah indah dari jenis wayang kulit lainnya. Antara lain keindahannya bisa kita cermati pada ragam hias, lipatan busana, dan pemilihan warna yang serasi. Ragam hiasnya berupa ragam hias Cina klasik. Namun, tersempil pula pengaruh ragam hias Jawa. Misalnya kepala liong yang berbentuk mirip kala.

Sayang sekali sejak meninggalnya Gan Thwan Sing, Wacinwa tak pernah dipentaskan lagi. Apa boleh buat? Sejak saat itu Wacinwa pun tinggal kenangan karena tak ada lagi dalang yang bisa mementaskannya.

Sebenarnya Gan Thwan Sing telah mempersiapkan kader-kader pengganti. Dia sudah mewariskan keahliannya sebagai dalang Wacinwa. Alhasil tercatat nama-nama Kho Tian Sing, R. M. Pardon, Megarsewu, dan Pawiro Buang sebagai para dalang Wacinwa selain Gan Thwan Sing.

Akan tetapi, takdir berkehendak lain. Justru para dalang pewarislah yang dipanggil-Nya terlebih dulu. Tinggallah Gan Thwan Sing seorang diri dalam kerentaannya. Hingga pada usia 81 tahun, dia menyusul ke hadirat-Nya. Tanpa sempat lagi mewariskan keahliannya mendalang Wacinwa.

Sebuah akhir cerita yang menyedihkan. Wacinwa ternyata harus terhenti pementasannya, seiring dengan berhentinya denyut nadi Gan Thwan Sing sang kreatornya. Seakan-akan membentuk rumusan, "Wacinwa itu ya Gan Thwan Sing. Gan Thwan Sing itu ya Wacinwa."

Dua Set Wacinwa yang Terpisah Jauh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun