O, ya. Ada satu hal lagi yang memang mencolok mata, yang seketika membuat orang mudah menyimpulkan bahwa sekaten makin sepi. Yup! Tak lain dan tak bukan, penyebabnya adalah ketiadaan pasar malam di lokasi yang sama.
Dahulu pelaksanaan sekaten biasa disertai dengan pasar malam. Yang di kemudian hari, pasar malam itulah yang justru dianggap sekatennya. Ke sekaten ya berarti mengunjungi pasar malam. Pulangnya jajan endog abang (telur rebus yang dicat merah dan dihias) dan sega gurih (nasi gurih).
Apa boleh buat? Dari tahun ke tahun Pasar Malam Sekaten saja yang dinanti-nanti khalayak. Sekatennya, yang justru merupakan acara inti, menjadi tereduksi maknanya.
Dari obrolan dengan banyak orang dari berbagai tingkatan usia, di kesempatan yang berbeda-beda, saya mendapati fakta bahwa sedikit saja yang paham mengenai sekaten.Â
Yang sedikit itu pun berasal dari kalangan simbah-simbah. Yang seusia saya, apalagi yang jauh lebih muda, rata-rata mengira bahwa sekaten itu ya pasar malam. Kacau 'kan jadinya?
Apa boleh buat? Mengingat fakta menyedihkan begitu, saya pikir-pikir ada baiknya juga keputusan tak populer yang diambil Kraton Yogyakarta. Iya, bukankah meniadakan pasar malam yang biasanya menyertai pelaksanaan sekaten merupakan keputusan yang lumayan bikin syok warga? Hehehe ...
Syukurlah lambat-laun sisi positif dari peniadaan pasar malam itu mulai terasa. Khalayak menjadi fokus pada acara inti sekaten. Nilai religius yang terkandung dalam penyelenggaraan sekaten menjadi lebih terasa. Pengajian-pengajian selepas Isya yang diadakan selama sekaten tidak tertutup gaungnya oleh ingar'bingar pasar malam.
Intinya, suasana sekaten menjadi lebih tenang. Terkesan lebih sunyi. Sebab kenyataannya, memang tak ada lagi kehirukpikukan yang berasal dari pengunjung pasar malam.
Namun, berdasarkan hal itu tak bisa serta-merta disimpulkan bahwa anak-anak zaman now tak tertarik lagi pada sekaten. Faktanya, tempo hari banyak dari mereka yang ikut ngrayah gunungan dalam Grebeg Maulud 2023.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H