Hal demikian tentu saja sangat membantu khalayak. Dapat menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin menonton di lokasi, tetapi tak punya waktu memadai atau tinggal jauh dari Yogyakarta.
Sementara pada sisi lain bisa pula menjadi media promosi budaya. Orang-orang yang belum tahu sekaten bisa menjadi tahu, gara-gara tayangan konten tentang sekaten singgah di linimasa mereka.
Lebih-lebih akun resmi Kraton Yogyakarta, baik di Instagram maupun Youtube, memang punya banyak pengikut. Otomatis apa-apa yang dipublikasikan di situ akan dilihat banyak orang. Terutama yang berasal dari generasi milenial dan generasi Z.
Jangan lupa. Kedua kelompok usia itulah yang sekarang menjadi mayoritas pengguna aktif internet. Dengan demikian, berita-berita apa pun pasti mampir di linimasa akun medsos mereka. Nah! Poin inilah yang menyebabkan saya kurang percaya dengan statemen bahwa anak-anak zaman now tidak tertarik pada sekaten dan grebeg.
Selaku warganet aktif, saya optimis kaum muda belia masih berminat untuk melihat sekaten beserta prosesi grebegnya. Minimal mereka merasa tertarik pada bregada-bregada yang berseragam unik dan berwarna-warni.
Bahkan dalam ruang lingkup lebih luas, kalangan generasi Z itu menunjukkan minat lumayan tinggi terhadap budaya Jawa. Kesimpulan ini khususnya saya ambil berdasarkan respons mereka terhadap konten-konten Tiktok dan Youtube Shorts saya.
Pada kedua akun itu tayangan-tayangan tentang pentas kesenian di Kraton Yogyakarta, termasuk prosesi grebeg dan sekaten, menjadi postingan saya yang paling banyak dilihat.Â
Ada yang bahkan menjadi #fyp sehingga mendongkrak jumlah pengikut saya. Sementara kualitas konten saya biasa-biasa saja. Bayangkan bila saya seorang konten kreator ulung!
Yang lebih menarik, beberapa di antara warganet ada yang menuliskan komentar begini, "Ingin jadi abdi dalem juga. Sepertinya seru. Bisakah? Klo bisa, caranya gimana? Tolong info, Kak."
Lihatlah! Mereka cukup antusias 'kan? Tak sekadar untuk melihat, tetapi juga ingin terlibat.
Jadi sesungguhnya, tak ada alasan untuk pesimis. Mari optimis saja. Namun, kita wajib mengenalkan tradisi dan budaya warisan nenek moyang secara intensif kepada generasi muda.
Selain yang telah teruraikan di atas, masih ada dua hal yang bikin saya kurang yakin bahwa anak-anak zaman now tak berminat pada sekaten.