Ketika akhirnya diberlakukan sistem buka tutup TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu), agak lumayanlah. Depo-depo sampah mulai dibuka meskipun dijadwal  ketat. Pak Man pun sigap memantau jadwal itu.
Beruntunglah kami memiliki penggerobak yang punya komitmen tinggi. Yang gigih mencari solusi demi mengatasi sampah kami. Sementara bisa saja kondisi tersebut dijadikannya alasan untuk tidak bekerja.
Sepintas lalu hal itu tampak sepele. Namun, jelas sangat membantu terjaganya kebersihan kampung kami.
Yup! Punya komitmen tinggi dan bertanggung jawab penuh. Itulah poin utama yang dapat dipetik dari keprofesionalan Pak Man dalam bekerja.
Alangkah indah bila semua orang Indonesia, apa pun profesi yang mereka jalani, selalu berkomitmen tinggi dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan masing-masing. Pasti lambat-laun hanya terdengar kabar baik tentang Indonesia.
Begitulah. Terkadang kita lupa bahwa hal-hal besar dimulai dari hal-hal kecil. Dibentuk pula dari hal-hal kecil.
Apa yang dilakukan Pak Man dapat kita jadikan inspirasi. Andai kata beliau modelan orang yang semau gue, tentu enggan merepotkan diri pada malam-malam dingin begitu. Toh tak ada warga yang paham jadwal buka depo sampah.
Misalnya keesokan hari ada yang tahu, toh akan memaklumi jika Pak Man tidak mengambili sampah pada malam itu juga. Maklumlah ya, sudah malam.
Syukurlah faktanya penggerobak sampah kami adalah tipe orang yang bertanggung jawab. Paling tidak ini menunjukkan bahwa Indonesia tak pernah kekurangan orang baik.
Sebelum kembali masuk rumah, saya melirik ke kanan. Tak puas melirik, saya sekalian menengok.
Iya. Memang sepi. Area yang saya tengok itu merupakan jalan kampung. Namun, biasa dijadikan lokasi untuk Malam Tirakatan.