Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ironi yang Saya Dapati Kemarin pada Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia

4 Juli 2023   23:07 Diperbarui: 5 Juli 2023   00:39 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin, tanggal 3 Juli, merupakan Plastic Bag Free Day (Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia). Sayang sekali tampaknya banyak orang yang tidak tahu. Termasuk saya.

Andai kata tidak mendengar informasi tersebut dari radio, saya pun pasti tidak tahu. Wah!? Terusterang saja ini fakta yang kontradiktif dan cukup menyedihkan. Bagaimana bisa begitu? Sementara dua tahun belakangan, saya berjuang keras untuk meminimalkan penggunaan kantong plastik.

Kalau belanja bawa tas dari rumah. Kalau beli lauk bawa wadah dari rumah. Bahkan, kalau bepergian sengaja bawa tas belanjaan. Buat jaga-jaga, siapa tahu mampir belanja atau beli sesuatu.

Namun, apa boleh buat? Walaupun sudah berusaha diet plastik begitu, faktanya tak selalu usaha tersebut berhasil. Kadangkala ada situasi-situasi yang menyebabkan saya tidak bisa menghindari pemakaian kantong plastik secara berlebihan.

Misalnya kemarin ketika hendak beli bawang merah di sebuah lapak sayur-mayur. Saya sempat tertegun manakala melihat bumbu-bumbu dan beberapa jenis sayur sudah plastikan semua. Ada sejumput bawang putih, sejumput bawang merah, sejumput cabai, sejumput tomat, dan lain-lain.

Untuk  calon pembeli seperti saya, yang cuma butuh sedikit bawang merah, tinggal nyomot satu plastik bawang merah. Namun bagi yang butuh lebih banyak, harus nyomot dua atau tiga plastik.

Memang praktis sih, kalau sudah dibungkusi per Rp3.000,00-. Penjual tak perlu repot-repot membungkuskan tiap ada yang beli. Pembeli pun tinggal ambil sendiri tanpa mengantre untuk dilayani.
Akan tetapi, jumlah plastiknya menjadi berlebihan.

Dengan dibungkusi duluan, waktu berbelanja memang bisa lebih cepat beberapa menit. Hanya saja menurut pengamatan saya, hal itu tak berguna. Tepatnya tak dibutuhkan.

Mengapa? Karena kenyataannya sudah dibikin praktis pun, masih banyak yang suka berlama-lama mengobrol seusai berbelanja.

Jadi sejatinya, tidak perlu praktis-praktisan segala. Alih-alih berbelanja dengan efektif dan praktis, yang jelas terjadi adalah pemborosan kantong plastik. Mempercepat pertambahan jumlah sampah plastik. Makin menyakiti bumi.

Nah. Cerita di atas adalah ironi pertama yang saya jumpai. Adapun ironi berikutnya saya jumpai saat beli nasi kucing di angkringan. Penampakan luar memang tanpa plastik. Begitu bungkusan dibuka, ternyata mengandung plastik juga. Sambal terinya dibungkus plastik!

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Saya tak habis pikir. Mengapa mesti dibungkus plastik sambal terinya? Sementara di atas nasinya sudah dialasi daun pisang. Urgensinya apa? Jika alasannya takut sambal terinya tumpah, rasanya kok tidak bakalan tumpah. Entahlah.

Adapun ironi ketiga yang saya jumpai pada Hari Bebas Kantong Plastik sedunia berasal dari seorang teman. Dia memberikan oleh-oleh berupa bakso aci instan.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Memang praktis. Saya tinggal mendidihkan air secukupnya. Lalu, memasukkan bumbu dan semua bahan yang ada dalam kemasan. Setelahnya memindahkan bakso aci ke mangkuk. Tak lupa saya tuangkan kecap, saus tomat, dan cabai bubuk sebelum menyantapnya.

Namun, ada satu hal yang  bikin masygul. Dalam satu kemasan plastik itu terdapat banyak plastik kecil. Masing-masing untuk membungkus bumbu, garam, kecap, saus tomat, cabai bubuk, kerupuk, dan aci.

Lihatlah! Baru seporsi bakso aci saja sudah menghasilkan banyak sampah plastik.

Saya sadar sesadar-sadarnya bahwa diet kantong plastik, apalagi bebas 100 % dari kantong plastik, memang mustahil. Terlebih kesadaran konsumen untuk meminimalkan penggunaan kantong plastik, belum diimbangi dengan kesadaran serupa dari penjual dan produsen.

Jadi mau sebanyak apa pun jumlah orang yang sadar untuk meminimalkan penggunaan kantong plastik, upaya tersebut tidak bakalan membuahkan hasil jikalau penjual dan produsen "produktif" memakai kantong plastik.

Idealnya kampanye diet plastik juga menyasar ke penjual dan produsen. Dengan demikian, keduanya tidak "obral" plastik ke konsumen.

Demikian catatan saya tentang hari kemarin. Hari Bebas Kantong Plastik Internasional (Plastic Bag Free Day). Yang justru mempertemukan saya dengan tiga ironi di atas. Apa boleh buat?

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun