Adapun ironi ketiga yang saya jumpai pada Hari Bebas Kantong Plastik sedunia berasal dari seorang teman. Dia memberikan oleh-oleh berupa bakso aci instan.
Memang praktis. Saya tinggal mendidihkan air secukupnya. Lalu, memasukkan bumbu dan semua bahan yang ada dalam kemasan. Setelahnya memindahkan bakso aci ke mangkuk. Tak lupa saya tuangkan kecap, saus tomat, dan cabai bubuk sebelum menyantapnya.
Namun, ada satu hal yang  bikin masygul. Dalam satu kemasan plastik itu terdapat banyak plastik kecil. Masing-masing untuk membungkus bumbu, garam, kecap, saus tomat, cabai bubuk, kerupuk, dan aci.
Lihatlah! Baru seporsi bakso aci saja sudah menghasilkan banyak sampah plastik.
Saya sadar sesadar-sadarnya bahwa diet kantong plastik, apalagi bebas 100 % dari kantong plastik, memang mustahil. Terlebih kesadaran konsumen untuk meminimalkan penggunaan kantong plastik, belum diimbangi dengan kesadaran serupa dari penjual dan produsen.
Jadi mau sebanyak apa pun jumlah orang yang sadar untuk meminimalkan penggunaan kantong plastik, upaya tersebut tidak bakalan membuahkan hasil jikalau penjual dan produsen "produktif" memakai kantong plastik.
Idealnya kampanye diet plastik juga menyasar ke penjual dan produsen. Dengan demikian, keduanya tidak "obral" plastik ke konsumen.
Demikian catatan saya tentang hari kemarin. Hari Bebas Kantong Plastik Internasional (Plastic Bag Free Day). Yang justru mempertemukan saya dengan tiga ironi di atas. Apa boleh buat?
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI