Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Menjadi Peserta Wisata Arsip dalam Rangka Pembukaan Pameran Arsip 2023

23 Mei 2023   22:23 Diperbarui: 23 Mei 2023   22:27 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntunglah saya karena pada tanggal 16 Mei 2023 lalu bisa ikutan Wisata Arsip. Acara menarik itu diselenggarakan oleh DPAD (Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah) DIY.

Penyelenggaraannya dalam rangka pembukaan Pameran Arsip. Adapun pameran digelar sejak 16 Mei-26 Mei 2023.

Jadi, Wisata Arsip yang saya ikuti adalah bagian dari serangkaian acara pembukaan. Bukan sebuah acara yang berdiri sendiri.

Perlu diketahui, rangkaian acara pembukaan Pameran Arsip yang bertema "Yogyakarta Ibukota RI 1946-1949" berlangsung 2 sesi. Sesi pertama berupa Wisata Arsip. Sesi kedua berupa Paparan dan Diskusi dengan tema yang sama dengan tema pameran.

Menyambangi Seksi Pelestarian Arsip

Rangkaian acara pembukaan Pameran Arsip berlangsung sejak pukul 09.30 WIB - 15.15 WIB. Dimulai dari registrasi ulang peserta sekaligus penyerahan kalung identitas.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Selanjutnya para peserta diajak menikmati Wisata Arsip. Mula-mula kami mengunjungi ruangan Seksi Pelestarian Arsip, yang terbagi menjadi dua ruangan.

Di ruangan yang pertama kali kami sambangi ada banyak orang. Masing-masing tampak suntuk bekerja mengolah arsip. Tentu mereka adalah para tenaga profesional yang bertugas sebagai pelestari arsip.

Di dekat mereka sudah pasti ada banyak arsip. Tersimpan rapi dalam wadah masing-masing. Menunggu diteliti dan diklasifikasi.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Penjelasan dari pemandu sempat membuat saya merenung. Luar biasa! Betapa mereka yang berkecimpung di dunia arsip adalah orang-orang yang punya dedikasi tinggi.

Dari ketekunan mereka, kita bisa dengan mudah menemukan informasi-informasi dari masa lalu. Mereka sungguh tak boleh jenuh bergulat dengan data-data yang bejibun jumlahnya. Kalau bisa juga tak boleh mengantuk.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dari ruangan tersebut kami beranjak ke ruangan sebelahnya. Makin seru aktivitas di ruangan ini. Seseru apa? Silakan tengok foto berikut.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dua bapak dengan baju khusus, mungkin semacam jas laboratorium, tampak sibuk "bermain". Keduanya sedang merestorasi selembar arsip.

Wah, wah. Di sini saya merasakan bahwa pelestarian arsip amat rumit. Butuh pengetahuan ilmu Kimia yang tak pernah saya sukai. Dari beberapa bahan Kimia yang disebutkan oleh dua bapak itu, saya cuma ingat pada Magnesium Karbonat.

 Ah, sudahlah. Jika Anda ingin tahu lebih detil tentang bahan-bahan dan cara merestorasi arsip, silakan langsung datang saja ke Depo Arsip DPAD DIY. Oke?

Menikmati Diorama Arsip Yogyakarta

Inilah bagian acara yang paling saya tunggu-tunggu. Back to Yogyakarta Tempo Doeloe. Kembali ke masa lalu Yogyakarta.

Bukan melalui mesin waktu, melainkan dengan cara menjelajahi spot-spot yang tersedia di dalam ruangan Diorama Arsip Yogyakarta.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Diorama Arsip Yogyakarta mengajak pengunjung mengenali Yogyakarta lebih intim. Mulai dari sejarah berdirinya hingga pada kondisi terkininya.

Yang keren, arsip-arsip tidak melulu kita baca. Tidak pula mesti kita simak dari penuturan pemandu (edukator). Koleksi arsip yang tersimpan sebagian berupa video/film.

Bahkan, ada yang berupa film 3 dimensi. Kita serasa ikut masuk ke dalam adegan yang terpampang di layar. Misalnya pada arsip tentang gempa bumi besar di Yogyakarta, yang terjadi pada tahun 2006.

Khusus untuk dokumentasi tersebut, edukator memberikan dispensasi. Jika ada di antara kami yang masih trauma gempa, boleh melewatkannya.

Adapun saya seperti kembali ke masa mahasiswa, tatkala menonton film dokumentasi tentang gerakan reformasi 1998. Terutama saat layar memperlihatkan situasi demonstrasi di Gedung Pusat UGM.

Apakah itu menjadi spot favorit saya? O, tidak. Spot favorit saya justru di bagian Senisono. Saya mencermati satu per satu apa yang tersedia di situ. Baru beranjak ke spot berikutnya ketika lampu padam.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Perlu diketahui, lampu padam menandakan waktu pengunjung di spot itu telah habis. Harus berpindah ke spot lain.

Singkat cerita, kami gembira bisa menjelajah Diorama Arsip Yogyakarta. Kiranya itulah cara belajar sejarah a.k.a. "membaca" arsip secara asyik.

Tidak membosankan. Sesuai dengan selera anak-anak dan remaja masa kini. Pun, kalangan usia di atas mereka yang cenderung kurang tertarik pada arsip berupa tulisan melulu.

Paparan dan Diskusi

Wisata Arsip selesai bertepatan dengan waktu ishoma (istirahat, sholat Zuhur, dan makan siang). Kalung penanda pun kami serahkan kepada panitia. Kemudian diganti dengan kudapan dan nasi kotak.

Kurang lebih pukul 13.00 WIB acara dilanjutkan. Diawali dengan sambutan dari Ibu Monika, Kepala DPAD DIY, langsung disambung dengan pembukaan pameran secara resmi.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Setelahnya tampil Pak Baha Uddin dari Departemen Sejarah FIB UGM. Beliau memaparkan hasil penelitiannya tentang Yogyakarta selama menjadi ibukota RI pada tahun 1946-1949.

Pemaparan Pak Baha Uddin menyadarkan saya, betapa selama periode itu Yogyakarta memainkan peran yang amat vital, dalam konteks revolusi Indonesia.

Pak Baha Uddin (tanpa mic) Dokpri Agustina
Pak Baha Uddin (tanpa mic) Dokpri Agustina
Saya merasa cukup hafal dengan sejarah seputar Yogyakarta yang menjadi ibukota RI. Jadi sesungguhnya, apa-apa yang disampaikan Pak Baha Uddin statusnya sekadar menyegarkan ingatan.

Plus makin menyadarkan bahwa Yogyakarta sepenting itu. Dahulu. Tatkala masa revolusi Indonesia.

Pemaparan Pak Baha Uddin disambung dengan diskusi. Tanya jawab. Lumayan seru dan memberikan pengetahuan baru.  

Misalnya, adakah dampak sosial dari perpindahan ibukota RI ke Yogyakarta.

Pertanyaan tersebut bikin saya terhenyak. Kesombongan diri yang merasa hafal sejarah, runtuh seketika. Kenapa selama ini saya tak pernah mempertanyakan hal tersebut? Hehehe ...

Lalu, apa jawabannya? Ternyata memang ada. Penduduk Yogyakarta bertambah banyak. Yang berarti menyebabkan ketersediaan bahan pangan kurang aman.

Nah, lho. Tampak sepele 'kan? Sementara sesungguhnya tidak sesepele itu.

O, ya. Acara pembukaan Pameran Arsip 2023 diselenggarakan di lobi Gedung Depo Arsip DPAD DIY. Demikian pula pamerannya digelar di situ.

Lokasi Gedung Depo Arsip itu di sebelah timur Gedung JEC (Jogja Expo Center). Di belakang gedung perpustakaan Grhtama Pustaka.

Penutup

Jika ingin mengunjungi Pameran Arsip 2023, silakan langsung datang saja. Masih ada waktu hingga tanggal 26 Mei nanti. Bisa segera diagendakan supaya tak terlewat.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Tak perlu risau tentang HTM. Yang perlu membayar itu kalau Anda hendak masuk ke Diorama Arsip Yogyakarta. Itu pun HTM-nya terjangkau. Sesuai dengan apa yang akan Anda dapatkan.

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun