Apa yang paling saya rindukan dari kampung halaman?
Hmm. Apa, ya? Bagaimana kalau saya jawab tidak ada?
Baiklah kalau jawaban "tidak ada" ditolak. Mungkin kedengarannya tidak masuk akal dan memang kurang masuk akal. Masak iya, sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dirindukan di kampung halaman?
Bukankah tiap orang punya masa lalu dan kenangan? Sementara kampung halaman identik dengan masa lalu. Plus kerap dianggap sarat dengan kenangan.
Jadi, mana mungkin saya tak memiliki satu hal pun yang dirindukan?
Hmm. Kalau faktanya semua terasa biasa-biasa saja bagi saya, tidak ada yang bikin rindu, bagaimana? Rindu itu tidak bisa dipaksakan datangnya, lho. Idem ditto dengan tidak mudah diusirnya.
Namun, baiklah. Jika memang pertanyaan tidak boleh dijawab dengan "tidak ada", saya akan menjawabnya begini, "Bapak."
Iya  hanya bapak. Cuma bapak. Selainnya tidak ada.
Hanya bapak yang membuat saya mau mudik. Sebab sesungguhnya, tak ada satu pun yang saya rindukan dari kampung halaman selain beliau. Serius.
Tentu saya masih manusia normal. Punya kenangan-kenangan masa silam di kampung halaman. Punya kawan-kawan masa kecil. Toh sejak orok hingga SMP saya bersekolah di sana. Tinggal di sana.