Alhamdulillah ...
Malam ini saya dan keluarga telah bertakbiran. Baru saja kami pulang dari acara Gema Takbir yang diselenggarakan di Pelataran Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta (Masjid Gedhe Kauman).
Tak terasa, satu Ramadan lagi telah kami tunaikan dalam hidup ini. Semoga masih banyak Ramadan berikutnya yang akan kami jalani.
Bagaimanapun, momentum Ramadan itu "sesuatu". Ada banyak hal yang bikin rindu akan Ramadan. Walaupun sangat mungkin, tiap orang berlainan kerinduannya. Ada yang rindu Tarawihnya, Tadarusan bareng-barengnya, atau bukbernya.
Adapun saya, tentu saja termasuk ke dalam golongan orang-orang yang rindu akan bukbernya. Muehehehe ...
Namun, bukber (buka bersama) yang saya rindukan bukanlah bukber sembarang bukber. Bukber yang saya rindukan adalah bukber yang hemat. Plus tetap menjaga shalat.
Beneran, lho. Dari tahun ke tahun, berdasarkan pengalaman mengikuti aneka rupa modelan bukber, tibalah saya pada satu kesimpulan.
Ternyata  o, rupanya. Saya tak cocok bukber yang bermewah-mewah. Dalam arti, menu makanan dan minumannya banyak dan serba enak. Yang berpotensi bikin peserta bukber kekenyangan. Sementara kekenyangan itu tergolong perbuatan berlebihan.
Pokoknya BIG NO untuk bukber yang bernuansa foya-foya. Terusterang saja, saya justru tak berminat dengan bukber yang makanan dan minumannya berlimpah ruah serupa itu. Mengapa? Karena berpotensi menghasilkan food waste.
Nah. Bukankah dari situ saja kelihatan bahwa bukber hemat lebih mulia?
Pokoknya Anda tak usah ragu untuk menyelenggarakan bukber minim anggaran. Tinggal pilihan menunya disesuaikan saja. Jumlah undangannya juga. Jadi, menu bukber hematnya tetap bermartabat (baca: bernutrisi).
Sekalipun sebenarnya punya cukup dana, bahkan mungkin malah berlimpah, tetaplah istiqamah dengan prinsip hemat. Ada baiknya bukber hemat menjadi sebuah kelaziman.
Jangan lupa. Hemat itu sederhana. Sesuai dengan porsinya. Tak berlebihan, tetapi juga tak berkekurangan. Pokoknya pas saja. Sama sekali tak berarti pelit.
Kalau saya menyebutnya bukber tepat guna dan tepat sasaran. Apa alasannya? Sebab hemat mengandung makna tak ada yang sia-sia. Semua yang dihidangkan terkonsumsi habis. Tak ada yang mubazir.
Sekali lagi, percayalah. Bukber hemat pun bisa tetap nikmat. Kemungkinan besar justru jauh lebih nikmat, jika kita mampu mensyukurinya dengan ikhlas.
Insyaallah saya berani menjamin hal itu. Tentu saja saya tak sekadar berani. Sebab berdasarkan pengalaman pribadi, faktanya ya begitu itu. Bukber hemat pun tetap bisa nikmat. Malah bisa jadi, jauh lebih nikmat.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H