Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bukber Ternikmat adalah Bukber Hemat yang Bermartabat

20 April 2023   23:32 Diperbarui: 20 April 2023   23:35 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Alhamdulillah ...

Malam ini saya dan keluarga telah bertakbiran. Baru saja kami pulang dari acara Gema Takbir yang diselenggarakan di Pelataran Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta (Masjid Gedhe Kauman).

Tak terasa, satu Ramadan lagi telah kami tunaikan dalam hidup ini. Semoga masih banyak Ramadan berikutnya yang akan kami jalani.

Bagaimanapun, momentum Ramadan itu "sesuatu". Ada banyak hal yang bikin rindu akan Ramadan. Walaupun sangat mungkin, tiap orang berlainan kerinduannya. Ada yang rindu Tarawihnya, Tadarusan bareng-barengnya, atau bukbernya.

Adapun saya, tentu saja termasuk ke dalam golongan orang-orang yang rindu akan bukbernya. Muehehehe ...

Namun, bukber (buka bersama) yang saya rindukan bukanlah bukber sembarang bukber. Bukber yang saya rindukan adalah bukber yang hemat. Plus tetap menjaga shalat.

Beneran, lho. Dari tahun ke tahun, berdasarkan pengalaman mengikuti aneka rupa modelan bukber, tibalah saya pada satu kesimpulan.

Ternyata  o, rupanya. Saya tak cocok bukber yang bermewah-mewah. Dalam arti, menu makanan dan minumannya banyak dan serba enak. Yang berpotensi bikin peserta bukber kekenyangan. Sementara kekenyangan itu tergolong perbuatan berlebihan.

Pokoknya BIG NO untuk bukber yang bernuansa foya-foya. Terusterang saja, saya justru tak berminat dengan bukber yang makanan dan minumannya berlimpah ruah serupa itu. Mengapa? Karena berpotensi menghasilkan food waste.

Nah. Bukankah dari situ saja kelihatan bahwa bukber hemat lebih mulia?

Pokoknya Anda tak usah ragu untuk menyelenggarakan bukber minim anggaran. Tinggal pilihan menunya disesuaikan saja. Jumlah undangannya juga. Jadi, menu bukber hematnya tetap bermartabat (baca: bernutrisi).

Sekalipun sebenarnya punya cukup dana, bahkan mungkin malah berlimpah, tetaplah istiqamah dengan prinsip hemat. Ada baiknya bukber hemat menjadi sebuah kelaziman.

Jangan lupa. Hemat itu sederhana. Sesuai dengan porsinya. Tak berlebihan, tetapi juga tak berkekurangan. Pokoknya pas saja. Sama sekali tak berarti pelit.

Kalau saya menyebutnya bukber tepat guna dan tepat sasaran. Apa alasannya? Sebab hemat mengandung makna tak ada yang sia-sia. Semua yang dihidangkan terkonsumsi habis. Tak ada yang mubazir.

Sekali lagi, percayalah. Bukber hemat pun bisa tetap nikmat. Kemungkinan besar justru jauh lebih nikmat, jika kita mampu mensyukurinya dengan ikhlas.

Insyaallah saya berani menjamin hal itu. Tentu saja saya tak sekadar berani. Sebab berdasarkan pengalaman pribadi, faktanya ya begitu itu. Bukber hemat pun tetap bisa nikmat. Malah bisa jadi, jauh lebih nikmat.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun